Selasa, 01 November 2011

menggigit kuku

MENGGIGIT KUKU
Anak yang menggigit kuku biasanya sedang merasa tak nyaman, entah dia sedih, marah, jengkel, bosan, dll. Pertama pastinya coba dicek dulu apa yang sedang terjadi pada dia ketika sedang menggigit kuku. Cara paling cepat untuk mengatasi adalah mengalihkan tangannya (tanpa dia sadari) untuk melakukan hal lain, misalnya nih Bunda, langsung saja anak dipanggil untuk membantu Bunda memegang sayur atau mengajak main. Semakin sering dinasehati sambil diancam, dia mungkin akan merasa takut dan justru jadi merasa semakin perlu menggigit kuku. Juga kalau sering dikomentari soal gigit kukunya.
Nah, perlu dicari tahu juga apa sebetulnya yang si kecil rasakan sampai ia menggigit kuku. Tentunya ini perlu pengamatan dan sensitivitas Bunda. Tapi nggak usah terlalu khawatir, yang penting adalah membuka mata dan hati, biasanya anaklah yang akan menunjukkannya pada Bunda.

Kebiasaan Menggigit Kuku Rentan Turunkan IQ Anak! - Thread Not Solved Yet
Bagi Anda yang memiliki anak yang terbiasa menggigit kuku berhati-hatilah! Sebenarnya menggigit kuku merupakan hal yang lumrah dilakukan apabila seseorang, tidak hanya anak kecil tetapi juga otang dewasa merasa gugup. Tetapi sebuah penelitian yang dilakukan di Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa kebiasaan menggigit kuku khususnya pada anak kecil pada menyebabkan kemunduran intelejensi Alias IQ anak dipastikan bisa turun secara drastis!

Mengapa Bisa Terjadi?
Tangan dan kuku yang kotor membuat zat timah secara cepat dapat mengendap dibawah kuku. Timah tersebut dapat merusak menghambat pertumbuhan dan perkembangan otak anak karena paparan timah pada tubuh manusia yang masih dalam masa pertumbuhan dapat merusak sistem saraf. Karena hal tersebut, seorang anak yang sering menggigit kuku diyakini akan mengalami kemunduran dalam hal perkembangan otaknya.
Tidak hanya pada tanah dan debu yang masuk ke dalam kuku, timah sebenarnya juga dapat ditemui di buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan bersih. Oleh sebab itu, pastikan anak Anda selain menghentikan kebiasaan menggigit kuku juga terjaga kehigienisan makanannya.
Nah, jika anak Anda termasuk anak yang sering bermain dengan tanah atau cat berhati-hatilah, paling tidak biasakan agar mereka selalu mencuci tangan dengan sabun hingga bersih dan berikan pengertian dengan bahasa yang mudah dimengerti sedini mungkin bahwa memiliki kebiasaan menggigit kuku selain akan membuat kuku tampak jelek juga dapat membuat tubuh mereka tidak sehat. (Nae).hanyawanita.com
Kebiasaan Gigit Kuku, Dapat Mengganggu Intelijensi Anak
RUSIA (Berita SuaraMedia) - Seorang peneliti Rusia menyatakan, kebiasaan menggigiti kuku jari bisa beresiko besar membuat si kecil mengalami keracunan timah hitam. Timah hitam atau timbel dengan mudah menumpuk di bawah kuku ketika anak-anak bermain di tempat berdebu, baik itu di dalam maupun di luar rumah. Paparan timah pada tubuh bisa memengaruhi perkembangan anak-anak yang disebabkan kerusakan sistem saraf.
Tinggi rendahnya kadar timah hitam di dalam tubuh anak bervariasi, tergantung pada apakah anak-anak itu tinggal di rumah yang tertelak di pinggir jalan besar dan berdebu ataukah mereka punya kebiasaan bermain dengan tanah atau benda yang mengandung cat bertimbel.
Tak hanya itu, ternyata menggigit kuku juga menyebabkan kutikula mengelupas sehingga menimbulkan rasa perih dan membuka peluang infeksi. Selain itu, kuku si kecil tampak tidak cantik karena grepes.
Bukti-bukti menunjukkan, aktivitas menggigit kuku lebih banyak dilakukan anak perempuan. Mungkin karena anak perempuan lebih tidak ditabukan untuk melakukannya dibandingkan anak laki-laki.
Masyarakat lebih bisa memaklumi bila aktivitas tersebut dilakukan oleh anak perempuan. Akibatnya bila merasa cemas atau tidak nyaman, anak perempuan cenderung menggigiti kuku, sedangkan anak laki-laki akan mencari bentuk aktivitas lain yang lebih bisa "diterima", misalnya menggigit pensil atau mengeretakkan gigi.
Menggigit kuku atau benda-benda lain seperti pensil, pulpen, dan lain-lain, merupakan kebiasaan saat seseorang merasa stres, senang, bosan, atau tak ada kegiatan. Kebiasaan yang oleh para ahli disebut "perilaku cemas" ini dilakukan tanpa sadar hingga kukunya jadi pendek sekali, bahkan daging di bawah kuku ikut berdarah karena tergigit. Kebiasaan yang "menurun" pada anggota keluarga ini termasuk menggaruk hidung, memainkan rambut, atau menggertakkan gigi. Separuh pelakunya adalah anak-anak dan 23 persen remaja.
Berikut ini ulasan dr Sri H Andayani SpA, dari Omni Hospital, Pulo Mas, Jakarta dan Herlina Liem Psi, dari Fakultas Psikologi (Bagian Psikologi Anak) Universitas Indonesia.
Alasan Menggigit Kuku
Ada banyak alasan mengapa si kecil suka menggigit kuku. Mulai dari sekadar rasa ingin tahu seperti apa rasanya, mengatasi rasa bosan, cemas, hingga usaha menutupi rasa takut. Yang jelas, kebiasaan ini dikenal dengan sebutan nervous habit, alias kebiasaan yang disebabkan oleh perasaan cemas atau gelisah. Celakanya, jika tak cepat-cepat ditangani, kebiasaan ini kerap terbawa hingga si anak tumbuh dewasa.
Bila si kecil melakukan kebiasaan ini secara tidak berlebihan (dan tidak melukai dirinya), juga secara tidak sadar (misalnya selagi menonton televisi), atau bila dia cenderung menggigit sebagai respon terhadap situasi tertentu (ketika sedang rebutan mainan dengan kakak atau adiknya), maka Moms tak perlu cemas berlebihan. Itu hanyalah cara anak mengatasi stres ringan. Kemungkinan besar kebiasaan ini akan berhenti dengan sendirinya.
Cari Sebabnya
Akan tetapi, bila kebiasaan menggigit kuku atau mengisap ibu jari tetap berlangsung, ada beberapa langkah untuk membantu si kecil menghentikan kebiasaannya tersebut. Tanyakan kepadanya, apakah ada hal yang membuatnya gelisah, takut atau cemas.

Jika sudah tahu apa yang membuat anak gelisah, bisa karena baru pindah rumah, perceraian orangtua, teman baru, kelahiran adik baru, bantu anak untuk mengungkapkan kekhawatirannya. Setelah itu, baru lakukan langkah-langkah seperti dalam tip.
Berikut sejumlah trik untuk menghentikan kebiasaan buruk menggigit kuku:
1. Menenangkan diri
Kecemasan seringkali menjadi pemicu seseorang tanpa sadar menggigiti kukunya. Secara psikologis, aktivitas itu dilakukan untuk menenangkan diri. Namun, cobalah cara lain. Misalnya, ambil napas panjang atau melakukan beberapa latihan stretching saat anda merasa stres.
Atau coba trik ini: Tutup mata dan bayangkan aktivitas yang menyenangkan, seperti berlibur di suatu pantai. Fokuskan pikiran seolah Anda berada di lokasi itu. Anda juga dapat mencoba menuliskan apa yang membuat Anda cemas atau menelepon teman dekat untuk bicarakan tentang hal itu.
2. Buat kesibukan baru
Menggigit kuku juga cenderung dilakukan banyak orang saat sedang bosan dan lesu. Jika itu terjadi, tandanya Anda sedang berusaha mengalihkan perhatian. Cobalah ganti kebiasaan menggigit kuku dengan kebiasaan lain yang membuat tangan sibuk, seperti menulis, merajut, minum secangkir teh, atau memilah-milah cucian.
3. Meminta pendukung
Minta teman-teman dekat dan keluarga untuk memberi peringatan lembut ketika Anda mulai menggigit kuku. "Sering kali orang tidak menyadari jari-jari mereka ada di mulut mereka," kata Donnenfeld. "Memiliki seseorang yang mengingatkan Anda dengan lembut akan sangat membantu."

RASA TIDAK AMAN
Kebutuhan Rasa Aman Pada Anak
Nilai terpenting dari rasa aman seseorang adalah diberikannya kasih sayang,ketentraman dan penerimaan dirinya.Bisa kita lihat,anak-anak yang merasa sungguh-sungguh dicintai oleh orang tua dan keluarganya akan merasa bahagia dan aman.
Sebagai orang tua,kita bisa mewujudkan rasa aman pada anak-anak kita,dengan cara memperhatikan kepentingan-kepentingannya,kita ciptakan hubungan yang erat antara anak-anak dan keluarga.Suasana yang tenang dalam kehidupan rumah tangga sangat penting untuk menjadiakan anak merasa aman.Cara mendidik yang berbeda antara ayah dan ibu juga berpengaruh dalam kejiwaan anak.
Kehilangan rasa aman saat masa kanak-kanak sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup anak nantinya,kehilangan rasa aman menimbulkan gejolak disaat dia dewasa nanti,walaupun situasi nantinya jauh lebih baik,tapi rasa itu akan terus membekas.
Bukan hanya memberikan makanan,pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup kepada anak,tugas orang tua sudah selesai?tentu tidak.
Sebenarnya segala jenis perlakuan yang diterima anak dari orang tua,hingga ia merasa di sayangi,diperhatikan dan di indahkan dalam keluarga ini kelanjutan dari tugas orang tua.
Kita harus sadari,kenakalan anak muncul karena dia merasa tidak nyaman dengan kondisi saat itu,perasaan tertekan karena tidak adanya perhatian dari orang tua,sehingga anak akan menjadi lebih agresif dengan mencari perhatian,tentunya dengan cara berlebih.
Untuk mengatasi masalah ini,ada baiknya kita sebagai orang tua ikut serta dalam pengisian waktu luang anak-anak,bukan berarti waktu tersebut digunakan untuk melakukan hal-hal yang sebagian dipikir oleh orang tua positif,misal belajar,membantu orang tua dalam urusan rumah.Sedangkan saat untuk menyalurkan hobby anak,orang tua menganggap ini bukan sesuatu yang baik,atau tidak penting.Justru inilah yang menyebabkan anak menggerutu,melawan,bahkan malas untuk belajar.Berilah waktu untuk anak saat dia ingin melakukan kesenangannya sejauh itu adalah wajar,dan sekali lagi,tugas orang tua tetap mengawasi,untuk memberi pertimbangan antara baik dan buruk,karena anak kurang mengetahui akan hal itu.
I gave the name of my children into your hands O Lord,
do not let the world harm, such as wheat ungodly
hold his hand my children, when one day have to let go,
keep him for life,
in your hands I leave the names of my children.

Pentingnya Membangun Rasa Aman Untuk Belajar
14 02 2008
Edisi 5 Tahun 2007
Bermain adalah dunia anak. Setiap anak akan meluangkan sebagian besar waktunya untuk bermain. Hal ini terbentuk secara insting. Nalurinya akan menggerakkan dia untuk bermain dan mencari tahu berbagai hal yang dilihat dan didengarnya. Lalu dia mencari tahu apakah hal baru itu bisa menyenangkan baginya.
Jika menyenangkan, ia akan menerima dan mempelajarinya. Jika ternyata tidak mengasyikkan, ia akan segera mengalihkan perhatiannya pada hal lainnya. Begitu selanjutnya, dia akan mencoba segala sesuatu secara trial and error sampai terpuaskan rasa ingin tahunya.
Anak belum dapat memilih mana permainan yang cocok untuknya. Karena menentukan pilihan juga merupakan hal yang dipelajari oleh anak-anak, maka orang tua perlu memilihkan permainan yang cocok untuk kebutuhannya.
Orang tua harus tahu manfaat dari berbagai jenis permainan bagi kebutuhan anaknya atau mereka dapat mengambil hikmah dari suatu permainan yang sedang dilakukan anak.
Jadi tidak perlu bingung bila anak anda yang berusia 2 tahun membanting atau melempar mobil-mobilan atau handphone yang dipegangnya. Dia membutuhkan sarana melatih otot lengannya. Nalurinya menggerakkan dia untuk melempar benda apa saja
sekuat tenaga. Kebetulan saja ayahnya memberikan handphone yang bobotnya pas untuk melatih otot lengannya, jadi dilemparnya HP itu sampai rusak.
Kalau saja ayahnya mengerti kebutuhannya, bukan HP yang masih bagus tetapi barang-barang yang dapat dilempar sekuat tenaga oleh anaknya. Atau HP yang sudah rusak total yang diberikan untuk dilempar.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui kebutuhan dasar anak untuk belajar serta motivasi yang sedang menggerakkannya.
Rasa aman untuk melakukan berbagai hal yang ingin dilakukan merupakan salah satu faktor utama dalam belajar.
Jika saja sang ayah dalam cerita di atas memarahi si anak karena merusakkan handphonenya. Si anak akan berhenti melempar barang-barang lagi karena takut dimarahi, tetapi dia juga berhenti belajar menggunakan lengannya untuk melempar. Jika salah satu bakatnya ternyata melempar pisau, maka ayahnya telah membuat dia kehilangan salah satu
bakatnya yang berguna baginya untuk bertahan hidup di masa depan. Karena saat marah atau membentak, ayahnya menciptakan rasa tidak aman bagi si anak yang merusak semangat belajarnya.
Akibat negatif lain, si ayah telah mengajarkan rasa takut pada si anak. Padahal Allah telah memerintahkan agar kita hanya takut pada Allah, bukan yang lain. Rasa takut pada hal selain Allah akan menimbulkan rasa tidak aman yang menjadikan kita tidak membuat kemajuan.
Ketidakmampuan menumbuhkan rasa aman bagi seorang anak berakibat banyak hal negatif. Anak-anak nakal, pemalas, hingga pelaku kriminal adalah sebagian contohnya.
Rasa aman akan menumbuhkan percaya diri untuk berekspresi. Jadi mampukah kita merasakan jika anak sedang merasa tidak aman, lalu memberikan rasa aman yang dibutuhkannya?

0 komentar:

Posting Komentar