Senin, 21 Juni 2010

Devita Sary Sii Gachild

Buat Lencana Anda

Rabu, 02 Juni 2010

wanita sholeha

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim).
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.
Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya."

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam

Sepanjang tahun ini kita dikejutkan berbagai kenakalan anak dan remaja yang sangat mencengangkan. Dimulai dari geger “Geng Nero” yang mengumbar kekerasan. Kemudian berbagai kekerasan dan pemerasan antar pelajar, penipuan, pencurian, bahkan sampai pembunuhan. Seperti diberitakan akhir-akhir ini, ada anak yang tega membunuh ayah kandungnya hanya gara-gara tidak dibelikan sepeda motor. Belum lagi banyaknya remaja yang sudah memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minuman keras, berjudi, berkelahi, seks bebas dan narkoba. Bahkan disinyalir sudah banyak remaja yang terkena penyakit HIV-AIDS. Na’udzubillahi min dzalik!
Terlepas bahwa tidak semua remaja nakal, namun dengan melihat intensitas dan frekwensinya yang semakin meningkat maka fenomena ini harus benar-benar menjadi perhatian kita. Seringkali kita tidak habis pikir, ada apa dengan anak-anak kita? Bukankah setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yang berarti baik? Tapi mengapa sampai terjadi kenakalan-kenakalan yang tidak hanya kelewat batas tapi juga telah melanggar norma-norma hukum maupun Agama?

Terkait dengan hal tersebut nampaknya patut kita renungkan pesan Ali Bin Abi Tholib yang pernah mengatakan bahwa :”Apabila anak kurang terpenuhi kebutuhan fisiknya maka tanyakan kepada bapaknya. Apabila anak kurang Adabnya maka tanyakan kepada ibunya”.

Memang tidak adil rasanya kalau kita melemparkan masalah ini kepada ibu saja. Namun apabila kita cermati lebih dalam maka sinyalemen yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib tersebut cukup masuk akal.

Kenapa demikian?

Karena faktor terbesar yang mempengaruhi kepribadian anak adalah keluarga. Sedangkan di dalam keluarga sudah ada pembagian tugas yang jelas antara bapak dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :”Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya .(HR Bukhari dan Muslim). Hadist ini menegaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin. Sedangkan pemimpin dirumah kita adalah istri, Ibu dari anak-anak kita.

Tugas istri yang merupakan pemimpin di rumah adalah bertanggung jawab menjalankan fungsi-fungsi rumah tangga yang meliputi fungsi reproduksi (pemeliharaan keturunan), edukasi (pendidikan) dan juga pengelolaan rumah, sehingga menjadi tempat nyaman untuk kembali bagi suami dan seluruh anak-anaknya. Karena itulah sosok ibu sering disebut dengan Umm yang berarti tempat kembali atau yang terpenting. Ibu juga disebut dengan Al Umm rabatu al baitAl Umm madrasatul ula yang berarti sekolah yang pertama bagi anak-anaknya. yang berarti manajer atau pengatur rumah dan

Dalam pandangan Islam, tujuan pernikahan tidak hanya sekedar memiliki keturunan, tetapi bagaimana menjadikan keturunannya, kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Disinilah peran sentral seorang ibu. Sehingga kalau Ahli hikmah mengatakan bahwa ditangan pemudalah hari depan bangsa, maka Ibulah sosok The Planner of the Future. Ditangan ibulah baik buruknya pemuda kita. Ini juga berarti ditangan ibulah baik buruknya masa depan bangsa ini.

Karena peran penting inilah maka Islam menempatkan sosok seorang ibu dalam kedudukan yang sangat mulia. Bahkan islam mengajarkan kepada kita bahwa orang yang pertama kali harus kita hormati adalah ibu, bukan bapak atau yang lain-lainnya. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa:

“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah lalu bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku hormati?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “bapakmu”. Penyebutan ibumu sebanyak tiga kali, kemudian baru disebut bapakmu, ini merupakan penegasan bahwa sosok ibulah yang pertama kali harus kita hormati sebelum yang lain-lainnya. Hal ini karena pentingnya peranan seorang ibu. Bahkan dalam hadist lain disebutkan bahwa : surga itu dibawah telapak kaki Ibu. Surga yang merupakan idaman seluruh makhluk, berada dibawah telapak kaki ibu. Betapa mulia kedudukan seorang ibu.

Mengingat sangat mulianya kedudukan seorang ibu maka sangat ironis apabila sebagian dari kita dengan dalih emansipasi dan kesetaraan gener, kemudian menganggap remeh, bahkan meninggalkan serta mendelegasikan tugas rumah tangga kepada seorang pembantu, baby sitter atau yang lainnya. Kemudian merasa lebih bangga berkarier diluar rumah, berkompetisi dengan para pria. Apabila ini yang terjadi, sosok seorang ibu lebih banyak diluar rumah maka kemana lagi anak-anak dan suami harus kembali? siapakah yang harus menjadi manajer dirumah?. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap perkembangan kepribadian anak-anak?

Namun bagaimanapun juga, sangat tidak adil apabila masalah ini hanya dibebankan kepada seorang ibu, karena hidup berumah tangga ibarat mengayuh bahtera. Maka dibutuhkan keserasian, keselarasan antara suami dan istri, agar biduk rumah tangga tidak salah arah atau bahkan kandas di gugusan karang. Terlebih dalam mendidik anak.

IBU,…KAMI SEMUA MEMBUTUHKANMU !!!

25 Ribu Ton Meteor Jatuh ke Bumi Tiap Tahun

Debu meteor yang menjatuhi bumi setiap tahun mencapai berat rata-rata 25 ribu ton.

"Benda langit yang jatuh ini termasuk yang berbentuk debu meteor yang telah hancur terbakar di atmosfer maupun debu meteor yang akhirnya mengendap di bumi atau yang masuk ke laut," kata pakar astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Jumat (14/5).

Setidaknya ada 500 meteor yang jatuh ke bumi setiap tahunnya seukuran meteor yang jatuh di Duren Sawit, lanjut dia sambil menambahkan bahwa tidak ada peningkatan frekuensi jatuhnya meteor sejak dulu hingga kini.

Namun demikian, ia meminta, masyarakat tidak perlu khawatir, karena sebagian besar meteor jatuh ke laut, dan sangat jarang yang jatuh di kawasan pemukiman.

Meteor yang jatuh ke bumi, ujarnya, juga tidak perlu dikhawatirkan karena tidak menimbulkan radiasi ataupun mengandung zat beracun karena unsur-unsurnya sama saja dengan unsur yang ada di bumi.

"Meteor tidak berdampak apapun kepada manusia di bumi, kalaupun berdampak hanya karena paparan panasnya yang langsung menjadi dingin begitu memasuki atmosfer bumi," katanya.

Begitu pula resiko akibat kecepatan jatuhnya meteor semakin dekat dengan bumi semakin melambat karena adanya hambatan udara dan sampai pada ketinggian 20-30km meteorit pun hanya jatuh bebas.

Pada kejadian terbaru laporan jatuhnya meteor di Bima NTB pada 3 Mei 2010, lanjut dia, LAPAN sudah mendapatkan batuan yang berasal dari lokasi jatuhnya meteor tersebut dari Bapeten dan telah membawanya ke laboratorium geologi ITB untuk menguraikan unsur-unsurnya.

Kesimpulan awal terhadap batuan dari lokasi jatuhnya meteor di Bima tersebut, menurut dia, bukanlah batuan meteor tetapi merupakan lelehan dari batuan di sekitar jatuhnya meteor, yang kemudian membeku kembali.

"Ini mengindikasikan adanya paparan panas sangat tinggi dari meteor yang jatuh, sehingga unsur silika yang hanya mencair pada suhu 1.600 derajat Celcius di sekitarnya bisa meleleh. Juga ada indikasi sifat magnetik yang menunjukkan adanya unsur besi di meteorit tersebut," katanya. (Ant/ICH)