Sabtu, 27 November 2010

Adat Ambalan

Adat ambalan adalah adat kebiasaan yang ditentukan dan ditaati oleh para Pramuka Penegak dan Pandega di Suatu Ambalan/ Racana.
Adat memiliki tujuan yakni agar dengan adanya adat kebiasaan tersebut, para Pramuka Penegak dan Pandega dapat membiasakan diri menepati segala peraturan yang berlaku di tempat mereka.
MEMAHAMI ADAT AMBALAN/ RACANA.
1. Proses pembuatan adat ambalan/ racana dilakukan seperti pembuatan sandi ambalan/ racana yaitu melalui musyawarah ambalan.
2. Adat ambalan/ racana sebaiknya tidak usah tertulis, tetapi benar-benar dihayati dan dipatuhi oleh setiap anggotanya. Jika seseorang merasa telah melanggar adat yang berlaku bersedia menerima sangsi.
3. Adat Ambalan / Racana harus mampu mendorong para anggotanya untuk bertindak disiplin., patuh dan mengarah kepada kehidupan bermasyarakat yang baik dan maju.
4. Di dalam adat Ambalan/ Racana harus terdapat ketentuan :
Wajib mengikuti renungan jiwa sebelum dilantik sebagai Penegak Bantara.
Variasi dalam melaksanakan pelantikan, dapat menimbulkan kesan menyenangkan yang sukar dilupakan bagi yang dilantik, seperti misalnya : sebelum dilantik harus mencuci wajahnya, lalu membersihkan dengan handuk putih, lalu menghormat kepada bendera sebelum memasuki ruangan, sujud kepada orang tuannya sebelum dilantik dll.
Pada upacara kenaikan tingkat, dari Penegak Bantara ke Penegak Laksana ada pemberian pusaka sesuai dengan adat setempat, antara lain seperti : bamboo runcing beserta bendera merah putihnya, Panah beserta busurnya, keris dll. Pengadaan dan pemberian pusaka ini harus disertai maknanya.
Adat ambalan/ racana merupakan adat kebiasaan di lingkungan ambalan/ racana yang merupakan tingkah perilaku yang unik dan positif, contoh :
- Bagi yang terlambat datang harus menyalami seluruh anggota yang telah hadir terlebih dahulu,
- Saling memberikan salam saat bertemu dimana saja.
- Pada saat pembacaan sandi ambalan dalam upacara pembukaan/ penutupan latihan mengambil sikap/ gerakan tertentu.
• Pada hakekatnya Adat ambalan/ racana merupakan gambaran watak dan ciri khas kehidupan di lingkungan ambalan/ racana.

Pusaka Ambalan dan RACANA

Pusaka Ambalan dan Racana
PUSAKA AMBALAN - RACANA

Di lingkungan Ambalan dan Racana, kelengkapan selain adat istiadat sandi dan kibaran cita masih ada satu lagi yakni yang disebut Pusaka Ambalan/ Racana.
Pusaka Ambalan/ Racana adalah suatu lambang yang diwujudkan dalam bentuk benda, dapat berupa senjata/ pusaka kebanggaan yang bermakna positif, dipilih melalui musyawarah dan memiliki arti kiasan.
Tujuan adanya Pusaka Ambalan/ Racana adalah :
1. Mendorong daya kreatifitas dalam kehidupan sehari-hari bagi para anggotanya.
2. Mendorong semangat dalam dalam berbakti, berlatih dan bekerja.
3. Memiliki jiwa kebanggaan dan kebersamaan sesama anggota.
4. Mendorong untuk bertindak disiplin, patuh dan dapat mencerminkan kehidupan dalam bermasyarakat yang berbudaya dan maju.

Jenis Pusaka ambalan/ racana dapat dipilih berupa : selendang, senjata pelindung, kapak, bambu runcing atau lainnya yang memiliki latar belakang yang bernilai positif.
Misalnya dipilih, Senjata ‘Cakra’ sebuah senjata jenis panah yang diambil dari dunia pewayangan. Senjata ini dianggap senjata yang paling ampuh dan selalu tepat sasaran. Pusaka Cakra ini akan terus melesat dengan cepat dan tidak akan berhenti sebelum tujuan atau sasaran tercapai. Hal ini dapat mencerminkan bahwa Ambalan/ racana tersebut memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia, selalu bersemangat dalam memcapai tujuannnya.

Tata cara penggunaan Pusaka Ambalan/ Racana disesuaikan dengan keinginan dan adat ambalan/ racana dan diatur oleh Ambalan/ racana sendiri, seperti dalam upacara pelantikan atau acara tertentu lainnya.
http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&id=390&Itemid=78

SANDI AMBALAN

Pengertian.
Sandi Ambalan yaitu karangan atau ungkapan bebas berisi kode kehormatan dan gambaran pernyataan kata hati para pramuka penegak atau pandega di ambalan/ racana.
Cipta, rasa, karsa dan cita-cita terasa bermakna bagi para anggotanya, maka dengan adanya sandi ambalan/ racana dapat menunjukan sikap positif dan kreatif dalam kehidupan sehari – hari bagi ambalan/ racana tersebut.

Menciptakan sandi :
1. Sandi ambalan/ racana diciptakan oleh penegak/ pandega dan diterima oleh seluruh anggotanya.
2. Penetapan sandi ambalan/ racana dilakukan dalam musyawarah ambalan/ racana.
3. Sandi ambalan/ racana yang telah ditetapkan menjadi milik ambalan/ racana dan ditentukan masa berlakunya.
4. Sandi ambalan/ racana dibaca di depan anggota pada saat diperlukan, antara lain dalam rangkaian upacara pembukaan dan penutupan latihan. Demikian pula sesuai adat istiadat yang telah ditetapkan.
Tulisan Sandi ambalan dapat ditulis dalam selembar kertas saja atau kain yang digulung, dan lainnya sesuai kreatifitas ambalan/ racana tersebut.
Berikut contoh Sandi Ambalan/ Racana :

SANDI AMBALAN/ RACANA

KEHORMATAN ITU SUCI
JAGA DIRI KARENA HARGA DIRI
BERBUDI LUHUR MENOLONG SESAMA
TAK KURANG AMAL KARENA KESUKARAN

SABDA PANDITA RATU
SATU KATA DALAM KEBENARAN
BERKETAPAN HATI SETIAP LANGKAH
PANTANG MENJILAT DAN MENYERAH

WIRA ADHI TARUNA
KSATRIA YANG SOPAN DAN PERWIRA
TAK KENAL STRATA DAN KASTA
MEMAPAH BAGI DUKA TANPA PAMRIH

BERSIAP UNTUK HIDUP DAN MATI DENGAN BAHAGIA
ITULAH KEHENDAK
DAN CITA CITA AMBALAN/ RACANA KITA
SEMOGA TUHAN MERACHMATINYA.


Dengan demikian sandi ambalan/ racana merupakan gambaran watak dan pedoman kehidupan sehari-hari sebagai pegangan kehidupan di lingkungan di ambalan/ racana tersebut.

nILAI

A.PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

B.CIRI-CIRI NILAI
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.

b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwa





C.MACAM-MACAM NILAI
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.


Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

D.NILAI MENURUT PARA AHLI
* “Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence .” (Rokeach, 1973 hal. 5)
Nilai adalah keyakinan abadi bahwa modus spesifik perilaku atau keadaan akhir eksistensi secara pribadi atau sosial lebih ke cara yang berlawanan atau sebaliknya perilaku atau keadaan akhir eksistensi

* “Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.”
(Feather, 1994 hal. 184).
Nilai adalah keyakinan umum tentang cara-cara yang diinginkan atau undesireable berperilaku dan sekitar diinginkan atau tujuan akhir undesireable atau negara.

* “Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.” (Schwartz, 1994 hal. 21).
Nilai tujuan sebagai transsituatioanal diinginkan, bervariasi penting, yang menjadi prinsip dalam kehidupan seseorang atau badan sosial lainnya


Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah
(1) suatu keyakinan,
(2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu,
(3) melampaui situasi spesifik,
(4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta
(5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Para Ahli Lainnya:
1. Menurut Driyarkara (1966,38)‏
Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu
Pantas dikejar oleh manusia.

2. Menurut Fraenkel (1977:6)‏
Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang
apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh
sesorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika
pola prilaku dan logika benar salah atau keadilan justice. (Value
is any idea, a concept ,about what some one think is
important in life).



3. Menurut Kuntjaraningrat (1992:26)‏
Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi
Yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga
masyarakat,mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai
dalam hidup.

4. Menurut Endang Sumantri
Sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta
menyenangkan dalam kehidupan manusia yang dipengaruhi
pengetahuan dan sikap yang ada pada diri atau hati nuraninya.

5. Menurut Kosasih Jahiri
Tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil.

6. M.I. Soelaeman
Agama diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan
cegahan, pujian dan kecaman, harapan dan penyesalan, ukuran
baik buruk, benar salah, patuh tidak patuh, adil tidak adil.

7. Menurut Darji
Nilai ialah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan
rohani.

8. Encylopedi Brittanca 963
Nilai kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis
apresiasi atau minat.







Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,terlihat kesamaan
pemahaman tentang nilai,yaitu :

1. Suatu keyakinan,
2. Berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

E.Fungsi Nilai
1. Memberikan seperangkat alat untuk menetapkan harga social dari suatu kelompok.
2. Mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkahlaku.
3. Merupakan penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peranan sosialnya.
4. Sebagai alat solidaritas bagi kelompok.
5. Sebagai alat control perilaku manusia.

MORAL

A.Pengertian Moral
• Moral merupakan norma tata kelakuan.Jika kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku, tetapi diterima juga sebagai norma pengatur, kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.

• Sedangkan menurut KBBI :kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, atau isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan

B.Asal Mula Kata “MORAL”
• Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ => mos

• Sedangkan bentuk jamaknya => mores

• Yang masing-masing mempunyai arti yang sama => kebiasaan, adat.











C.Sumber Moral
Moral terbentuk dari 2 sumber,yaitu:
1.Faktor Genetik
sebut saja bawaan,yang diciptakan Tuhan kepada
kebanyakan orang,yang diturunkan kepada
anaknya.

2.Faktor Eksternal
Bagaimana seseorang membuat keputusan moral
akan tergantung sangat pada apa yang mereka
pelajari untuk dinilai,dari lingkungan keluarga
maupun masyarakat.

D.Pengembangan Moral
Seperti hal nya ilmu pengetahuan,moral juga mampu untuk
dikembangkan.Menurut Campbell dan Bond(1987) ada
beberapa faktor utama yang berpengaruh dalam pengembangan moral dan perilaku,yaitu:
1.Heredity(Keturunan)
Hereditas atau keturunan memiliki peran dalam pengembangan moral.Bila anak yang terlahir dari orang tua yang kurang bermoral,walaupun tidak semua tetapi
biasanya sifatnya cenderung menurun kepada si anak.

2.Pengalaman
Pengalaman juga mempengaruhi pengembangan moral dan perilaku.Terutama pengalam di awal masa kanak-kanak.Seseorang ketika ia masih kecil pernah melakukan kesalahan,seperti mencuri permen disebuah toserba,
kemudian ia tertangkap oleh penjaga toserba tersebut.
Disana ia diberi pelajaran yang mungkin tidak menyakitkan namun memalukan bisa membersihkan toserba tersebut,dll.Dari itu ia mampu mengambil pelajaran dan
mengembangkan moral nya,sehingga setelah dewasa ia mampu menilai bahwa mencuri itu bukan suatu perbuatan yang baik.
3.Perilaku Orang Dewasa
Perilaku orang dewasa termasuk faktor penting dalam pengembangan moral.Anak-anak sering dan sangat suka
mencontoh tingkah laku orang dewasa.Ketika suatu perbuatan itu buruk dan dilarang maka mereka akan mengatakan ayahnya,pamannya,atau kakeknya juga
melakukan hal yang sama.Contoh:Merokok,anak-anak suka
menirukan orang dewasa yang suka merokok,dengan menggulung-gulungkan kertas kemudian menggunakan kertas tersebut seperti hal nya rokok.

4.Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya adalah faktor yang paling penting
dan sangat berpengaruh terhadap pengembangan moral dan
perilaku.Seorang anak biasanya lebih suka berteman dan
bermain dengan anak-anak seusianya,karena tidak ada rasa
canggung pada diri mereka untuk berinteraksi.Mereka juga
akan lebih mudah mengikuti kebiasaan teman-teman mereka
tersebut karena sebagian besar waktu mereka pasti bersama teman,apalagi ditambah dalm lingkungan sekolah.Maka dari itu teman-teman mereka sangat berpengaruh terhadap moral dan perilakunya.

5.Media Massa
Media massa merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan moral dan perilaku,terlebih lagi di era globalisai sekarang ini yang telah menghapus barierkomunikasi,sehingga segala inforamsi dapat
dijangkau dengan mudah.Namun bila hal ini tidak di arahkan ke hal-hal yang positif maka akan berdampak sangat berbahaya bagi generasi penerus.Contoh:media
yang menyajikan unsur-unsur Pornografi,bayangkan bila anak-anak di bawah umur mampu menjangkau layanan ini.

pengantar ilmu pendidikan

1. Beri ulasan dan penjelasan mengapa ilmu pendidikan dikategorikan sebagai ilmu ? Mengapa pada ilmu pendidikan sebagai ilmu terapan ?

Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan memiliki ciri-ciri yaitu obyek (ontologi), metodologi (epistimologi), manfaat (aksiologi), dan totalitas (penggabungan).
Hakekat pendidikan dapat dikategorikan dalam dua pendekatan yaitu Epistimologi dan ontomologi. Dalam pendekatan epistemologi dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikaan dapat dikategorikan sebagai ilmu.
Makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek sebagai dasar analisis dalam membangun ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses inheren dalam konsep manusia, dimana manusia dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Objek dari pendidikan yakni peserta didik. Tingkah laku proses pendewasaan peserta didik adalah objek utama dari ilmu pendidikan. Pendidikan juga memiliki banyak manfaat. Selain itu, Ilmu pendidikan juga dapat secara terus-menerus dikembangkan. Dari uraian saya diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan dapat dikategorikan sebagai ilmu.

Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu Terapan
Ilmu pendidikan sebagai ilmu terapan karena ilmu pendidikan menerapkan berbagai prinsip umum untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam pendidikan memiliki banyak bidang, bidang ilmu pengetahuan, imnu social, dan banyak lainnya. Bidang bidang tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada yang langsung mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan juga termasuk dalam ilmu terapan.
2. Mengapa Ilmu Pendidikan merupakan kajian sistemik ? Uraian dengan contoh akan memperjelas jawaban saudara.

Ilmu pendidikan termasuk dalam ilmu, dimana ilmu merupakan suatu pengetahuan yang memiliki syarat-syarat, yakni teruji dengan cara kerja ilmiah, sistematik, yakni terdapatnya system yang tersusun dari mulai proses, metode dan hasil yang saling terkait. Intersubyektif atau terjamin keabsahan dan kebenarannya.
Ilmu pendidikan terdiri dari beberapa bagian yang saling berkaitan, sinergis dan dinamis, karena itulah ilmu pendidikan dapat termasuk kedalam kajian yang sistemik, yakni maksudnya adalah Ilmu pendidikan dikaji secara menyeluruh.
Contoh : Menggunakan teknologi untuk menambah wawasan peserta didik. Sekolah-sekolah dapat menambahkan teknologi untuk menunjang aktivitas belajar mengajar di sekolah tersebut, akan tetapi guru dan masyarakat sekolah harus mengontrol peserta didik agar tetap memanfaatkannya dengan baik dan untuk hal positif, dengan cara membuat aturan-aturan dan tata tertib.


3. Dipandang dari berbagai aspek, siswa sebagai peserta didik memeiliki karakter unik. Bagaimana tanggapan saudara atas pernyataan itu ?

Dalam Psikologi perkembangan dijelaskkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda, tidak ada orang yang memiliki karakter individu sama dengan orang lain. Peserta didik yang sebagian besar memiliki usia muda bahkan sering sebagian besar adalah anak-anak. Dalam masa perkembangan anak, banyak sekali informasi yang dapat diserap. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap informasi. Hal tersebut mempengaruhi dengan karakteristik anak. Ada yang cepat menangkap informasi yang disampaikan guru, ada yang memiliki kemampuan lebih dalam berhitung, terkadang suka meniru kegiatan orang dewasa apa yang mereka lihat, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi bukti bahwa anak atau peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda setiap individunya.

Kamis, 18 November 2010

Budi Pekerti Dalam Organisasi Pramuka

Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebut ethics.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini. Budi Pekerti adalah induk dari segala etika ,tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah, organisasi dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Budi Pekerti dalam Pramuka
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Salah satu tujuan gerakan Pramuka yaitu agar anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Budi Pekerti sangat berkaitan erat dengan kepramukaan yang dapat dilihat dari pengertian, tujuan dan segala sesuatu yang ada dalam kegiatan kepramukaan .
Budi Pekerti dapat berperan menjadi landasan relasi dan interksi setiap individu terutama bagi anggota pramuka yang paling baik. Jika dalam kehidupan sehari-hari ditananmkan landasan budi pekerti yang baik maka penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan sehari-hari dapat tercegah.
Budi pekerti pun dapat menjadi dasar atau pilar utama dalam membangun kebersamaan, kesetaraan , dan persamaan hak dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bermasyarakat.
Dengan adanya Budi Pekerti dalam kegiatan organisasi gerakan pramuka, maka diharapkan agar seluruh anggota pramuka dapat menjadi individu yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tepatnya tidak menyimpang dalam kehidupan social bermasyarakat. Selain itu juga, dengan adanya Budi Pekerti maka anggota pramuka dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat menyalurkan aspirasi dan bermanfaat secara maksimal dalam kehidupan.

Created by : Devita Sary

The Scout Oath and Law oleh Baden Powell

THE SCOUT’S OATH IN BADEN-POWELL’S SCOUTING FOR BOYS, 1908
“On my honour I promise that—
1. I will do my duty to God and the King.
2.. I will do my best to help others, whatever it costs me.
3.. I know the Scout Law, and will obey it.”

THE SCOUT LAW IN BADEN-POWELL’S SCOUTING FOR BOYS, 1908
1. A Scout’s honour is to be trusted.
2. A Scout is loyal to the King, and to his officers, and to his country, and to his employers.
3. A Scout’s duty is to be useful and to help others.
4. A Scout is a friend to all, and a brother to every other Scout, no matter to what social class the other belongs.
5. A Scout is courteous.
6. A Scout is a friend to animals.
7. A Scout obeys orders of his patrol leader or Scoutmaster without question.
8. A Scout smiles and whistles under all circumstances.
9. A Scout is thrifty.

In describing the process of formulating these guidelines, Baden-Powell explained:
“Now I know that a real red-blooded boy is all for action, ready for adventure. He just hates to be nagged and told ‘You must not do this—you must not do that.’ He wants to know what he can do. So I thought why should we not have our own Law for Scouts, and I jotted down ten things that a fellows needs to do as his regular habit if he is going to be a real man.”

The Scout Oath and Law oleh Baden Powell

THE SCOUT’S OATH IN BADEN-POWELL’S SCOUTING FOR BOYS, 1908
“On my honour I promise that—
1. I will do my duty to God and the King.
2.. I will do my best to help others, whatever it costs me.
3.. I know the Scout Law, and will obey it.”

THE SCOUT LAW IN BADEN-POWELL’S SCOUTING FOR BOYS, 1908
1. A Scout’s honour is to be trusted.
2. A Scout is loyal to the King, and to his officers, and to his country, and to his employers.
3. A Scout’s duty is to be useful and to help others.
4. A Scout is a friend to all, and a brother to every other Scout, no matter to what social class the other belongs.
5. A Scout is courteous.
6. A Scout is a friend to animals.
7. A Scout obeys orders of his patrol leader or Scoutmaster without question.
8. A Scout smiles and whistles under all circumstances.
9. A Scout is thrifty.

In describing the process of formulating these guidelines, Baden-Powell explained:
“Now I know that a real red-blooded boy is all for action, ready for adventure. He just hates to be nagged and told ‘You must not do this—you must not do that.’ He wants to know what he can do. So I thought why should we not have our own Law for Scouts, and I jotted down ten things that a fellows needs to do as his regular habit if he is going to be a real man.”

Priode Prenatal

PERKEMBANGAN PRENATAL

PERIODE PERKEMBANGAN PALING SINGKAT, DIMULAI DENGAN PEMBUAHAN DAN BERAKHIR SAAT KELAHIRAN , BERLANGSUNG KURANG LEBIH 270-280 HARI ATAU 9 BULAN.

CIRI-CIRI PERKEMBANGAN PRENETAL
 Periode sifat bawaan dan jenis kelamin ditentukan
 Kondisi-kondisi dalam tubuh ibu dpt mendorong pola perkm prenetal
 Pertumbuhan dan perkembngan secara proposional lebih besar dan lebih cepat dari pada periode-periode perkm lainnya
 Banyak terdapat bahaya fisik dan psikologis
 Periode dimana orang-orang yg berarti membentuk sikap terhadap individu baru

Tahap-tahap Masa Prenatal
1. Periode Zigot/Germinal
2. Periode Embrio
3. Periode Fetus
4. Kelahiran

Gangguan selama periode prenatal
1. Permasalahan fisik
2. Permaslahan lingkungan
3. Keadaan dan ketegangan emosional ibu
4. Obat-obatan, dll

Minggu, 14 November 2010

Pengaruh ‘Broken Home’

Pengaruh ‘Broken Home’
Pengaruh ‘Broken Home’
A. Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Pengaruh keluarga yang bisa menyebabkan kenakalan remaja adalah :
1. Keluarga yang Broken Home
Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.
Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:
Sikap atau cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut :
a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:
a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
Sikap atau cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Abstrak
Penelitian ini berangkat dari fenomena yang terjadi di lapangan bahwa motivasi belajar siswa memberi pengaruh pada prestasi belajamya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan keluarga yang merupakan tempat pertama dan utama anak tumbuh dan berkembang, bersosialisasi bahkan mengenal dirinya sendiri.
Fenomena di atas mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai ” Dampak Keluarga Broken Home terhadap Motivasi Belajar Siswa ”
Keluarga broken home yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidakutuhan keluarga , baik secara stniktural maupun secara fungsional.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapat gambaran motivasi belajar siswa yang berasal dari keluarga broken home.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas dua di SMP Negeri Baleendah 2 Kabupaten Bandung dengan sampel sebanyak 48 orang siswa. Pengambilan data dilakukan dengan studi dokumentasi terhadap buku pribadi siswa dan penyebaran angket untuk mengungkap motivasi belajar siswa.
Pengolahan data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyeleksian data, penyekoran serta analisis dengan cara mengelompokkan data dan menggunakan teknik uji t perbedaan dua rata-rata yang menghasilkan kesimpulan bahwa :
1. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.
2. Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh
3. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi yang ditujukan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel yang sama dengan jumlah sampel yang relatif lebih besar sehingga hasil penelitian lebih representatif.
BH”. Jika kita mendengar kata itu, pikiran kita tertuju pada pakaian dalam perempuan. Tetapi untuk “BH” yang satu ini mempunyai arti yang lain. Broken Home (BH). Yah itulah artinya.
“BH” atau dengan arti kata lain perpecahan dalam keluarga merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Apalagi di era digital yang seakan serba mudah dan bebas. Perkawinan dan perceraian sudah merupakan hal yang biasa dan sudah dianggap tidak tabu lagi. Itu sudah menjadi masalah tiap komunitas keluarga di muka bumi ini.
Di dalam konflik rumah tangga terutama konflik antara suami– istri kadang menimbulkan ha-hal yang berdampak negative. Salah satu dampak negatif dari konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang paling dominan adalah dampak terhadap perkembangan anak. Aktor utama “BH” (suami istri) kadang jarang memikirkan dampak apakah yang akan terjadi pada anak-anaknya apabila terjadi perpecahan atau perpisahan rumah tangga.
Di artikel sederhana ini saya ingin memberikan gambaran-gambaran singkat, padat dan mudah-mudahan jelas kepada para orang tua. Tentunya mengenai dampak apa yang akan terjadi pada anak — yang nantinya menjadi korban konflik orang tua—apabila terjadi konflik dalam rumah tangga dan harus berakhir dengan “BH”.

Kejiwaan
Seorang anak korban “BH” akan mengalami tekanan mental yang berat. Di lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan “BH”. Di sekolah, disamping menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun.

Pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan negatif seperti menyalahkan takdir yang seolah membuat keluarganya seperti itu. Seakan sudah tidak ada rasa percaya terhadap kehidupan religi yang sudah mendarah daging sejak dia lahir dan lainnya. Tekanan mental itu mempengaruhi kejiwaannya sehingga dapat mengakibatkan stress dan frustrasi bahkan seorang anak bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Hal seperti itu bisa saja terjadi, apabila …?

Pelampiasan Diri
Kemungkinan terjemus dalam pengaruh negatif bagi orang tua (dewasa) dalam konteks BH ini sangat kecil. Orang tua dapat mencari solusi untuk menenangkan pikirannya. Namun berbeda dengan seorang anak yang sedang menghadapi situasi BH. Anak-anak dapat saja terjerumus dalam hal-hal negatif, apalagi dengan media informasi dan komunikasi yang menawarkan banyak hal. Contoh konkritnya, merokok, minuman keras (alkohol), obat-obat terlarang (narkoba) bahkan pergaulan bebas yang menyesatkan.

Refleksi
Mungkin mudah bagi orang tua untuk memvonis keputusan tentang perpisahan atau perpecahan dalam rumah tangga, tapi apakah mudah bagi anak-anak mereka untuk dapat menerima hal itu? Entalah! Itu merupakan pertanyaan reflektif bagi orang tua!
Perpecahan dalam rumah tangga memang merupakan masalah yang tidak mudah untuk dilepaskan dari kehidupan dalam rumah tangga. Memang jika kita mengkaji lebih jauh kita akan dapat memahami sebagai suatu persoalan yang wajar-wajar saja. Tetapi, apakah hal itu dapat dikendalikanya? Memang sulit untuk menjawabnya dan jawabanya kembali kepada orang tua (ayah-ibu) atau pelaku dalam konflik rumah tangga itu sendiri.

Kita sering melihat kasus-kasus perceraian artis dan perebutan hak asuh anak sampai menyewa pengacara di layar televisi. Perceraian bagi para artis seakan meningkatkan posisi tawar (popularitas) sehingga harus menggunakan pengacara yang terkenal. Mereka tidak pernah berpikir siapa yang akan dirugikan dalam permasalahan mereka. Mereka hanya memikirkan popularitas dan diri sendiri dan menganggap semuanya dapat dibeli dengan uang. Namun, kenyataananya apa yang mereka lakukan itu merupakan kekalahan bagi anak-anak mereka dan jelas hal itu akan menjadi trauma yang berkepanjangan pada psikis anak mereka.
Orang tua harus mampu mengendalikan diri dalam menyikapi masalah ini, jangan sampai permasalahan mereka secara tidak langsung menjadi doktrin boomerang negatif yang akan berkembang dalam psikis anak. Orang tua sebagai panutan sekaligus guru yang menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup melalui berbagai proses yang semuanya tak lepas dari tanggung jawab mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila orang tua juga mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan mereka sendiri tanpa harus mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke konflik keluarga kepada anak.
Apakah sebagai orang tua senang jika anaknya menjadi hancur dalam kehidupanya di saat mereka ingin tumbuh dan berkembang dengan cinta kasih orang tuanya? Tentu saja jawabnya pasti “tidak” dan orang tua paling tolol yang hanya diam dan tak berpendapat. Oleh sebab itu sebagai orang tua berusahalah untuk mengendalikan hidup dalam situasi apapun demi anak-anak kalian, jangan sampai BH menjadi budaya penghancur kehidupan anak yang notabene adalah buah hati kalian sendiri dan titipan TUHAN.
ascco76





Seorang anak yang selalu hidup terisolir dalam konflik kedua orangtuanya, sangat berpontensi melakukan hal-hal negatif dan diluar batas.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.
Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat si anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosiyang disebabkan, akan membuat si anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anakyang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah.
Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual.
Berdasarkan hal tersebut, Musick mengambil sebuah kesimpulan nyata, bahwa hidup dengan kedua orangtua lengkap takkan menjamin jiwa dan mental seorang anak. “Lebih baik anak hidup dan dibesarkan secara ’sehat’ dengan orangtua tunggal dibanding harus dengan dua orangtuayang selalu bertengkar,” begitu tulis Musick.