Selasa, 01 November 2011

Remaja dan Permasalahannya

Remaja dan Permasalahannya
Sofia Retnowati
Fakultas psikologi UGM
Pengantar
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Beberapa perubahan yang dialami remaja adalah perubahan fisik, psikis, dan sosial

Perkembangan fisik remaja
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya.
Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun.
Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik.

Perkembangan Psikis Remaja
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.



Perkembangan Sosial remaja
Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.

Batasan remaja menurut usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun
b. Remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun
c. Remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun.

Pada usia tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).

Masalah-masalah remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam delinkuensi.
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja.


Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).

Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:
a. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
f. Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
g. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i. Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j. Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).

Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2) Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan sosial

b. Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainnya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya

Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.

mencuri

Kami akan menyebutkan beberapa faktor yang mendorong sang anak melakukan perbuatan mencuri;

1. Hubuingan yang gersang antara orangtua dan anak;
2. Anak tidak merasa puas keperluan emosinya;
3. Anak tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari orangtuanya;
4. Perlakuan yang sangat keras dari orangtuanya dalam tahap awal
perkembangannya;
5. Anak merasa tertekan secara emosionalnya.
6. Karna tidak terpenuhinya keinginan anak.
7. Orang tua terlalu pelit memberikan keinginan anak.


Dalam tahap perkembangan kedua hal-hal seperti ini biasanya mendorong si anak mencuri, khususnya ketika sudah berusia 7 tahun. Ia melakukan perbuatan itu untuk membalas sakit hati kerana perlakuan keluarganya atau kerana merasa ada sesuatu yang terampas darinya secara emosional atau tidak ada kehangatan dari keluarganya.
http://iman27forever.blogspot.com/2010/12/faktor-faktor-yang-menyebabkan-anak.html


Beberapa faktor yang menjadi pendorong mengapa seseorang anak berdusta;

1. Untuk Menarik Perhatian

Ketika si anak berbicara di hadapan ibunya dalam tahap awal perkembangannya, ia mungkin akan membicarakan hal-hal yang tidak wujud, demi menarik perhatian kerana ia merasakan bahawa ayah dan ibunya tidak mahu memberi perhatian ketika ia berbicara seperti seorang dewasa.

2. Untuk Menghindari Hukuman

Kalau siibu bertanya mengapa adiknya terluka atau bajunya kotor maka mungkin ia tidak akan mengatakan perkara yang sebenarnya. Ia mengaku tidak melakukan semua hal tersebut, padahal hatinya ingin mengatakan apa yang sebenarnya. Tetapi mungkin kerana takut akan mendapat hukuman maka ia terpaksa menutupinya dengan berdusta. Semakin galak dan keras sikap orangtuanya maka semakin berani pula ia berdusta.

3. Meniru Gaya Orang Tua

Anak kecil selalu meniru dan mengikuti perilaku orangtua. Kalau ia mendengar ibunya mengatakan tidak kelaur rumah kepada ayahnya, sedangkan ia tahu ibunya keluar ke rumah jirannya. Atau ia menyaksikan ayahnya menghormati pemimpin ketika bertemu tetapi mencaci dan mencemuh ketika pemimpin itu sudah tiada. Maka perbuatan-perbuatan itu akan ditiru oleh si anak ketika ia bermasaslah dengan ayah atau ibunya.

Kesan Dari Berdusta

Mencegah anak supaya tidak berbuat dosa adalah hal yang mesti dilakukan seawal yang mungkin kerana dusta itu berbeza dengan perilaku-perilaku buruk yang lain. Dusta atau berbohong akan menyebabkan pelakunya dengan sewenang-wenangnya melakukan perbuatan tercela yang lainnya, tiada bezanya dengan penyakit Aids yang menyebabkan kehilangan kekebalan sehingga si penderita akan dijangkiti denga penyakit yang lain,
Sebagaimana ucapan Imama Hasan Askari as, “Keburukan itu disimpan di suatu tempat dan dusta adalah pembukanya.”

Kebohongan, samada yang kecil ataupun besar sememangnya tidak boleh dianggap kecil/enteng kerana dampaknya amat dahsyat. Orangtua hendaknya tidak memberi contoh yang buruk dan tidak memberi jalan supaya ia mahu melakukan dosa. Imam Sajjad as mengatakan, “Waspadailah dusta kecil dan besar baik ketika serius atau sambil main-main kerana jika seseorang tidak malu melakukan dusta kecil maka ia akan berani melakukan dusta besar.”

Mengapa Anak-Anak Suka Mencuri

Mencuri adalah perbuatan yang burukl baik menurut pandangan umum atau agama. Jika anda memiliki anak-anak yang suka melakukan perbuatan sedemikian maka yang utama kita harus membezakan usia anak, antara yang baru berusia 3 tahun dan yang berusia di atas 5 tahun. Anak berusia 3 tahun belum dapat membezakan antara yang baik dengan yang buruk. Kerana ketika se usia sebegitu ia mencuri masih bisa dianggap bukan perbuatan buruk.

Untuk anak-anak yang baru berumur 3 tahun belum tiba masanya untuk dimaki dan dimarahi selama mereka belum memahami erti dari perbuatan mencuri dan ia tidak tahu bahawa barang yang diambil itu perlu mendapat izin dari tuan empunya. Atau katakan bahawa tidak baik mengambil barang orang lain tanpa keizinan, seperti juga kita tidak ingin orang lain mengambil barang dari kita.
Sementara bagi anak yang berumur di atas 5 tahun, maka itu juga tidak bererti ia tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Kerana mungkin sahaja orang tuanya pelit.
Kalau begitu faktor apa sahaja yang membuuat si anak mendorong si anak melakukan kegiatan mencuri?
Kami akan menyebutkan beberapa faktor yang mendorong sang anak melakukan perbuatan mencuri;
1. Hubuingan yang gersang antara orangtua dan anak;
2. Anak tidak merasa puas keperluan emosinya;
3. Anak tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari orangtuanya;
4. Perlakuan yang sangat keras dari orangtuanya dalam tahap awal perkembangannya;
5. Anak merasa tertekan secara emosionalnya.
Dalam tahap perkembangan kedua hal-hal seperti ini biasanya mendorong si anak mencuri, khususnya ketika sudah berusia 7 tahun. Ia melakukan perbuatan itu untuk membalas sakit hati kerana perlakuan keluarganya atau kerana merasa ada sesuatu yang terampas darinya secara emosional atau tidak ada kehangatan dari keluarganya.

Merasakan Dikucilkan

Perasaan diabaikan atau dikucilkan dalam tahap kedua dari perkembangan anak adalah perkara yang gawat kerana saat-saat itu ia harus mendapatkan tempat di tengah-tengah orang-orang dan teman-temannya. Ia mencuri untuk menyenangkan sahabat atau menarik simpati dan kasih sayang dari mereka kerana ia merasa lemah. Atau ia mencuri juga untuk membanggakan diri di hadapan teman-temannya supaya dianggap sebagai orang yang berani sebagaimana yang ia sangkakan.

Apakah sikap kita terhadap anak-anak yang suka mencuri?

Anak-anak yang suka mencuri dalam tahap kedua dari perkembangannya, selama ia masih tinggal bersama orangtua yang tidak pelit, maka anak-anak seperti ini sangat mudah untuk diatasi dengan mencegahnya dari awal, memberikan perhatian, kehangatan dan kelimpahan emosional serta membantu berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman yang baik akhlak untuknya.
Para orangtua harus memberikan perhatian yang sangat besar kepada anak-anak mereka yang telah mencapai usia 5 tahun. Tidak perlu memperlakukan mereka dengan kasar dan keras tetapi cukup dengan hanya memberikan pengertian bahawa perbuatan tersebut sangat tidak terpuji. Berikan penjelasan bahawa barang yang mereka ambil itu harus dikembalikan kepada tuan empunya.
Adalah merupakan satu kesalahan besar mempermalukan anak yang melakukan pencurian dengan mengumumkannya atau menyebarkan kepada orang lain, kerana perbuatan itu hanya akan mendorong si anak itu untuk mencuri dengan skala yang lebih besar dan ia lebih terdorong untuk membalas dendam kepada orang yang merendah-rendahkannya, mempermalukannya atau menuduhnya.
Sumber: Syiar edisi Muharram 1427H; terjemahan Nano Warno dari Asbabul Kidzi’inda ‘Athfal dan Asbabul Kidzbi ‘inda ‘Athful.

penanganan - Membangkang

Cara Mengatasi Anak Yang Membangkang Atau Melawan
Hati siapa yang tidak sakit, jika seorang anak selalu saja suka melawan? Begitu juga siapa yang tidak kesal, kalau anak selalu membangkang, jika disuruh, diperintah, apalagi dinasihati orangtua?

Sebelum kita bertanya bagaimana cara menghadapi anak yang seperti itu, ada hal yang harus diperhatikan oleh orangtua apa sich yang menjadi penyebab anak suka membangkang atau melawan. Ada beberapa faktor yang menjadi pencetus munculnya sikap menentang anak, antara lain :
1. Orangtua yang terlalu menekan anak
2. Berkembang dari rasa iri hati anak
3. Suasana hati anak yang lagi tertekan (bermasalah)
4. Berbicara pada anak pada waktu yang tidak tepat
5. Keinginan anak yang berlebihan dan tidak terpenuhi
6. Hubungan orangtua dengan anak kurang harmonis
7. Orangtua kurang peka terhadap kebutuhan anak
8. Anak dibiarkan tumbuh tanpa bimbingan dan pengarahan
9. Orangtua kurang memperhatikan tipe kepribadian anak
10.Pengaruh pergaulan anak.

Itulah ke 10 faktor yang menyebabkan anak melawan kepada orangtua. Oleh karena itu, kita selaku orangtua diharapkan agar dapat menghindari ke 10 faktor tersebut.

Selanjutnya, bagaimana cara kita untuk mengatasi anak yang suka melawan tersebut tentulah tidak sesulit yang kita bayangkan. Ada beberapa pendekatan yang dapat kita lakukan yakni :
1. Lakukan pendekatan kasih sayang terhadap anak
2. Kita harus memahami watak atau tipe kepribadian anak
3. Menggerakkan anak untuk berpikir dan berbuat dengan menyentuh titik peka anak
4. Sediakan waktu, perhatian dan kepedulian pada anak
5. Menggunakan cara menyampaikan maksud yang komunikatif
6. Perhatikan dan arahkan kualitas pergaulan anak

Demikianlah 6 langkah yang cukup efektif untuk kita gunakan dalam mengatasi anak yang suka membangkang atau melawan. Selamat mencoba....
http://mr-rahman.blogspot.com/2010/07/cara-mengatasi-anak-yang-membangkang.html

BAGAIMANA CARA MENGATASI PERILAKU ANAK YANG MEMBANGKANG
Posted by admin on Dec 19, 2007

Munculnya perilaku membangkang pada anak merupakan bentuk penolakan yang dilakukan oleh anak terhadap perintah dan panggilan yang tidak disukai. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan penolakan anak pada anak yang membangkang, yaitu ketika panggilan atau perintah dilakukan kepada anak yang sedang dalam kondisi serius atau asyik dengan aktifitasnya (asyik menonton TV atau asyik bermain video game atau permainan lainnya).
Anak yang memang pada dasarnya tidak memahami perintah atau permintaan orang lain pada dirinya, dan ada juga penolakan yang terjadi dalam bentuk pengendalian emosi pada anak yang sedang menghadapi pencarian jati diri.
Ada beberapa bentuk penolakan atau pembangkangan yang dilakukan oleh anak biasanya diperlihatkan dalam beberapa sikap, antara lain misalnya dengan cara membanting pintu, cemberut, menyentak-nyentakkan kaki, diam atau tidak bereaksi ketika dipanggil, dan cuek ketika sedang diajak bicara. Kejadian atas perilaku penolakan anak tersebut pasti akan menimbulkan perasaan orang lain menjadi ingin marah, menyerang, dan memaksakan kehendak agar anak mau melakukan apa yang diperintahkan olehnya.
Dalam hal ini sebagai orangtua yang bijaksana tentulah tidak akan menanggapi penolakan anak dengan spontan dan tergesa-gesa. Dengan timbulnya perdebatan dan pertentangan yang tak terkendali berakibat semakin parahnya penolakan yang dilakukan oleh anak akan membuat situasi semakin tegang dan ini dapat membahayakan, terutama jika terjadi kontak fisik/kekerasan antara orangtua dan anak.
Marilah kita bertindak dengan tenang dalam menghadapi kejadian penolakan anak ini, dengan demikian orangtua pasti akan dapat memahami latar belakang apa yang menyebabkan anak mereka membangkang pada kita atau menolak panggilan dan perintah kita.
Banyak sekali kemungkinan kenapa anak menolak perintah atau panggilan orangtua. Mungkin karena anak kita ingin mendapatkan perhatian. Mungkin juga anak menginginkan sentuhan yang dapat membuatnya merasa tentram dan dimengerti seperti pelukan, ciuman, dan usapan kepala yang penuh kehangatan.
Kemungkinan yang lainnya anak sedang marah kepada orangtua terhadap sesuatu yang ia inginkan tetapi tidak dipenuhi oleh orang tua. Atau juga bisa saja penolakan yang terjadi hanya karena sekedar meniru perilaku penolakan seseorang dan yang sangat sering di tiru adalah kedua orang tuanya sendiri.
Dengan menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dengan cara mengganti ucapan orang tua yang bernada perintah maupun paksaan diganti dengan sebuah ’ajakan’ yang tentu akan lebih menyenangkan.
Sehingga anak akan merasa senang sekali melakukan apa yang menjadi harapan dan keinginan orangtuanya dan mereka pun akan merasa nyaman menerima kehadiran orangtuanya.
Dengan cara memahami kondisi anak dengan cara pendekatan yang menyenangkan dan dengan sentuhan fisik yang penuh kelembutan sebelum memerintah atau memanggilnya, ini akan dapat mengurangi konflik atau ketegangan di antara orangtua dengan anak.
http://www.namaislami.com/2007633-bagaimana-cara-mengatasi-perilaku-anak-yang-membangkang.html

penanganan - Membangkang

Beberapa hal berikut ini mungkin dapat dilakukan oleh orangtua untuk menangani anak yang membangkang:

1. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari sang anak.

2. Hindari memberikan argumen balik ke anak. Perang argumen bisa memicu timbulnya masalah yang lebih rumit. Kadang anak pembangkang menemukan argumen yang tak terduga dan bisa memicu orangtua untuk memberikan argumen balik.

3. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah, fokuslah pada masalah tugas sekolah saja. Misalnya katakan, "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".

4. Ambillah sedikit waktu untuk menenangkan diri. Hal ini sangat diperlukan ketika orangtua mulai kehilangan kendali. Berseteru dengan anak bisa menghabiskan energi yang luar biasa besar. Jika orangtua tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai hati orangtua dan anak itu sendiri.

5. Pertahankan sikap positif. Anak harus diajarkan untuk memikirkan dampak dari sikapnya terhadap kehidupan dan hubungannya dengan orang lain. Hal ini akan melatih keterampilan anak untuk berfikir positif dan fokus terhadap pilihannya.

6. Hindari penggunaan sindiran yang tajam. Banyak orangtua yang belum puas bila belum berteriak dan menyindir anak dengan kata-kata yang tajam yang sesungguhnya dapat melukai perasaan anak. Kata-kata sindiran dan teriakan saat berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.

7. Beri penghargaan yang positif. Penghargaan yang positif sangat diperlukan saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtuanya. Penghargaan tidak harus bersifat fisik, bahkan seringkali penghargaan yang bersifat emosional seperti pujian dan ekspresi cinta dari orangtua jauh lebih berarti buat anak. Bila itu dilakukan, maka dapat menjadi awal yang baik dalam membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.

Mengidentifikasi Aspek-Aspek Perkembangan

Mengidentifikasi Aspek-Aspek Perkembangan
1. Perkembangan Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
o Perkembangan Motorik Kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
o Perkembangan Motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.




2. Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
3. Perkembangan Sosial
Aspek sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.
Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

menggigit kuku

MENGGIGIT KUKU
Anak yang menggigit kuku biasanya sedang merasa tak nyaman, entah dia sedih, marah, jengkel, bosan, dll. Pertama pastinya coba dicek dulu apa yang sedang terjadi pada dia ketika sedang menggigit kuku. Cara paling cepat untuk mengatasi adalah mengalihkan tangannya (tanpa dia sadari) untuk melakukan hal lain, misalnya nih Bunda, langsung saja anak dipanggil untuk membantu Bunda memegang sayur atau mengajak main. Semakin sering dinasehati sambil diancam, dia mungkin akan merasa takut dan justru jadi merasa semakin perlu menggigit kuku. Juga kalau sering dikomentari soal gigit kukunya.
Nah, perlu dicari tahu juga apa sebetulnya yang si kecil rasakan sampai ia menggigit kuku. Tentunya ini perlu pengamatan dan sensitivitas Bunda. Tapi nggak usah terlalu khawatir, yang penting adalah membuka mata dan hati, biasanya anaklah yang akan menunjukkannya pada Bunda.

Kebiasaan Menggigit Kuku Rentan Turunkan IQ Anak! - Thread Not Solved Yet
Bagi Anda yang memiliki anak yang terbiasa menggigit kuku berhati-hatilah! Sebenarnya menggigit kuku merupakan hal yang lumrah dilakukan apabila seseorang, tidak hanya anak kecil tetapi juga otang dewasa merasa gugup. Tetapi sebuah penelitian yang dilakukan di Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa kebiasaan menggigit kuku khususnya pada anak kecil pada menyebabkan kemunduran intelejensi Alias IQ anak dipastikan bisa turun secara drastis!

Mengapa Bisa Terjadi?
Tangan dan kuku yang kotor membuat zat timah secara cepat dapat mengendap dibawah kuku. Timah tersebut dapat merusak menghambat pertumbuhan dan perkembangan otak anak karena paparan timah pada tubuh manusia yang masih dalam masa pertumbuhan dapat merusak sistem saraf. Karena hal tersebut, seorang anak yang sering menggigit kuku diyakini akan mengalami kemunduran dalam hal perkembangan otaknya.
Tidak hanya pada tanah dan debu yang masuk ke dalam kuku, timah sebenarnya juga dapat ditemui di buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan bersih. Oleh sebab itu, pastikan anak Anda selain menghentikan kebiasaan menggigit kuku juga terjaga kehigienisan makanannya.
Nah, jika anak Anda termasuk anak yang sering bermain dengan tanah atau cat berhati-hatilah, paling tidak biasakan agar mereka selalu mencuci tangan dengan sabun hingga bersih dan berikan pengertian dengan bahasa yang mudah dimengerti sedini mungkin bahwa memiliki kebiasaan menggigit kuku selain akan membuat kuku tampak jelek juga dapat membuat tubuh mereka tidak sehat. (Nae).hanyawanita.com
Kebiasaan Gigit Kuku, Dapat Mengganggu Intelijensi Anak
RUSIA (Berita SuaraMedia) - Seorang peneliti Rusia menyatakan, kebiasaan menggigiti kuku jari bisa beresiko besar membuat si kecil mengalami keracunan timah hitam. Timah hitam atau timbel dengan mudah menumpuk di bawah kuku ketika anak-anak bermain di tempat berdebu, baik itu di dalam maupun di luar rumah. Paparan timah pada tubuh bisa memengaruhi perkembangan anak-anak yang disebabkan kerusakan sistem saraf.
Tinggi rendahnya kadar timah hitam di dalam tubuh anak bervariasi, tergantung pada apakah anak-anak itu tinggal di rumah yang tertelak di pinggir jalan besar dan berdebu ataukah mereka punya kebiasaan bermain dengan tanah atau benda yang mengandung cat bertimbel.
Tak hanya itu, ternyata menggigit kuku juga menyebabkan kutikula mengelupas sehingga menimbulkan rasa perih dan membuka peluang infeksi. Selain itu, kuku si kecil tampak tidak cantik karena grepes.
Bukti-bukti menunjukkan, aktivitas menggigit kuku lebih banyak dilakukan anak perempuan. Mungkin karena anak perempuan lebih tidak ditabukan untuk melakukannya dibandingkan anak laki-laki.
Masyarakat lebih bisa memaklumi bila aktivitas tersebut dilakukan oleh anak perempuan. Akibatnya bila merasa cemas atau tidak nyaman, anak perempuan cenderung menggigiti kuku, sedangkan anak laki-laki akan mencari bentuk aktivitas lain yang lebih bisa "diterima", misalnya menggigit pensil atau mengeretakkan gigi.
Menggigit kuku atau benda-benda lain seperti pensil, pulpen, dan lain-lain, merupakan kebiasaan saat seseorang merasa stres, senang, bosan, atau tak ada kegiatan. Kebiasaan yang oleh para ahli disebut "perilaku cemas" ini dilakukan tanpa sadar hingga kukunya jadi pendek sekali, bahkan daging di bawah kuku ikut berdarah karena tergigit. Kebiasaan yang "menurun" pada anggota keluarga ini termasuk menggaruk hidung, memainkan rambut, atau menggertakkan gigi. Separuh pelakunya adalah anak-anak dan 23 persen remaja.
Berikut ini ulasan dr Sri H Andayani SpA, dari Omni Hospital, Pulo Mas, Jakarta dan Herlina Liem Psi, dari Fakultas Psikologi (Bagian Psikologi Anak) Universitas Indonesia.
Alasan Menggigit Kuku
Ada banyak alasan mengapa si kecil suka menggigit kuku. Mulai dari sekadar rasa ingin tahu seperti apa rasanya, mengatasi rasa bosan, cemas, hingga usaha menutupi rasa takut. Yang jelas, kebiasaan ini dikenal dengan sebutan nervous habit, alias kebiasaan yang disebabkan oleh perasaan cemas atau gelisah. Celakanya, jika tak cepat-cepat ditangani, kebiasaan ini kerap terbawa hingga si anak tumbuh dewasa.
Bila si kecil melakukan kebiasaan ini secara tidak berlebihan (dan tidak melukai dirinya), juga secara tidak sadar (misalnya selagi menonton televisi), atau bila dia cenderung menggigit sebagai respon terhadap situasi tertentu (ketika sedang rebutan mainan dengan kakak atau adiknya), maka Moms tak perlu cemas berlebihan. Itu hanyalah cara anak mengatasi stres ringan. Kemungkinan besar kebiasaan ini akan berhenti dengan sendirinya.
Cari Sebabnya
Akan tetapi, bila kebiasaan menggigit kuku atau mengisap ibu jari tetap berlangsung, ada beberapa langkah untuk membantu si kecil menghentikan kebiasaannya tersebut. Tanyakan kepadanya, apakah ada hal yang membuatnya gelisah, takut atau cemas.

Jika sudah tahu apa yang membuat anak gelisah, bisa karena baru pindah rumah, perceraian orangtua, teman baru, kelahiran adik baru, bantu anak untuk mengungkapkan kekhawatirannya. Setelah itu, baru lakukan langkah-langkah seperti dalam tip.
Berikut sejumlah trik untuk menghentikan kebiasaan buruk menggigit kuku:
1. Menenangkan diri
Kecemasan seringkali menjadi pemicu seseorang tanpa sadar menggigiti kukunya. Secara psikologis, aktivitas itu dilakukan untuk menenangkan diri. Namun, cobalah cara lain. Misalnya, ambil napas panjang atau melakukan beberapa latihan stretching saat anda merasa stres.
Atau coba trik ini: Tutup mata dan bayangkan aktivitas yang menyenangkan, seperti berlibur di suatu pantai. Fokuskan pikiran seolah Anda berada di lokasi itu. Anda juga dapat mencoba menuliskan apa yang membuat Anda cemas atau menelepon teman dekat untuk bicarakan tentang hal itu.
2. Buat kesibukan baru
Menggigit kuku juga cenderung dilakukan banyak orang saat sedang bosan dan lesu. Jika itu terjadi, tandanya Anda sedang berusaha mengalihkan perhatian. Cobalah ganti kebiasaan menggigit kuku dengan kebiasaan lain yang membuat tangan sibuk, seperti menulis, merajut, minum secangkir teh, atau memilah-milah cucian.
3. Meminta pendukung
Minta teman-teman dekat dan keluarga untuk memberi peringatan lembut ketika Anda mulai menggigit kuku. "Sering kali orang tidak menyadari jari-jari mereka ada di mulut mereka," kata Donnenfeld. "Memiliki seseorang yang mengingatkan Anda dengan lembut akan sangat membantu."

RASA TIDAK AMAN
Kebutuhan Rasa Aman Pada Anak
Nilai terpenting dari rasa aman seseorang adalah diberikannya kasih sayang,ketentraman dan penerimaan dirinya.Bisa kita lihat,anak-anak yang merasa sungguh-sungguh dicintai oleh orang tua dan keluarganya akan merasa bahagia dan aman.
Sebagai orang tua,kita bisa mewujudkan rasa aman pada anak-anak kita,dengan cara memperhatikan kepentingan-kepentingannya,kita ciptakan hubungan yang erat antara anak-anak dan keluarga.Suasana yang tenang dalam kehidupan rumah tangga sangat penting untuk menjadiakan anak merasa aman.Cara mendidik yang berbeda antara ayah dan ibu juga berpengaruh dalam kejiwaan anak.
Kehilangan rasa aman saat masa kanak-kanak sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup anak nantinya,kehilangan rasa aman menimbulkan gejolak disaat dia dewasa nanti,walaupun situasi nantinya jauh lebih baik,tapi rasa itu akan terus membekas.
Bukan hanya memberikan makanan,pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup kepada anak,tugas orang tua sudah selesai?tentu tidak.
Sebenarnya segala jenis perlakuan yang diterima anak dari orang tua,hingga ia merasa di sayangi,diperhatikan dan di indahkan dalam keluarga ini kelanjutan dari tugas orang tua.
Kita harus sadari,kenakalan anak muncul karena dia merasa tidak nyaman dengan kondisi saat itu,perasaan tertekan karena tidak adanya perhatian dari orang tua,sehingga anak akan menjadi lebih agresif dengan mencari perhatian,tentunya dengan cara berlebih.
Untuk mengatasi masalah ini,ada baiknya kita sebagai orang tua ikut serta dalam pengisian waktu luang anak-anak,bukan berarti waktu tersebut digunakan untuk melakukan hal-hal yang sebagian dipikir oleh orang tua positif,misal belajar,membantu orang tua dalam urusan rumah.Sedangkan saat untuk menyalurkan hobby anak,orang tua menganggap ini bukan sesuatu yang baik,atau tidak penting.Justru inilah yang menyebabkan anak menggerutu,melawan,bahkan malas untuk belajar.Berilah waktu untuk anak saat dia ingin melakukan kesenangannya sejauh itu adalah wajar,dan sekali lagi,tugas orang tua tetap mengawasi,untuk memberi pertimbangan antara baik dan buruk,karena anak kurang mengetahui akan hal itu.
I gave the name of my children into your hands O Lord,
do not let the world harm, such as wheat ungodly
hold his hand my children, when one day have to let go,
keep him for life,
in your hands I leave the names of my children.

Pentingnya Membangun Rasa Aman Untuk Belajar
14 02 2008
Edisi 5 Tahun 2007
Bermain adalah dunia anak. Setiap anak akan meluangkan sebagian besar waktunya untuk bermain. Hal ini terbentuk secara insting. Nalurinya akan menggerakkan dia untuk bermain dan mencari tahu berbagai hal yang dilihat dan didengarnya. Lalu dia mencari tahu apakah hal baru itu bisa menyenangkan baginya.
Jika menyenangkan, ia akan menerima dan mempelajarinya. Jika ternyata tidak mengasyikkan, ia akan segera mengalihkan perhatiannya pada hal lainnya. Begitu selanjutnya, dia akan mencoba segala sesuatu secara trial and error sampai terpuaskan rasa ingin tahunya.
Anak belum dapat memilih mana permainan yang cocok untuknya. Karena menentukan pilihan juga merupakan hal yang dipelajari oleh anak-anak, maka orang tua perlu memilihkan permainan yang cocok untuk kebutuhannya.
Orang tua harus tahu manfaat dari berbagai jenis permainan bagi kebutuhan anaknya atau mereka dapat mengambil hikmah dari suatu permainan yang sedang dilakukan anak.
Jadi tidak perlu bingung bila anak anda yang berusia 2 tahun membanting atau melempar mobil-mobilan atau handphone yang dipegangnya. Dia membutuhkan sarana melatih otot lengannya. Nalurinya menggerakkan dia untuk melempar benda apa saja
sekuat tenaga. Kebetulan saja ayahnya memberikan handphone yang bobotnya pas untuk melatih otot lengannya, jadi dilemparnya HP itu sampai rusak.
Kalau saja ayahnya mengerti kebutuhannya, bukan HP yang masih bagus tetapi barang-barang yang dapat dilempar sekuat tenaga oleh anaknya. Atau HP yang sudah rusak total yang diberikan untuk dilempar.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui kebutuhan dasar anak untuk belajar serta motivasi yang sedang menggerakkannya.
Rasa aman untuk melakukan berbagai hal yang ingin dilakukan merupakan salah satu faktor utama dalam belajar.
Jika saja sang ayah dalam cerita di atas memarahi si anak karena merusakkan handphonenya. Si anak akan berhenti melempar barang-barang lagi karena takut dimarahi, tetapi dia juga berhenti belajar menggunakan lengannya untuk melempar. Jika salah satu bakatnya ternyata melempar pisau, maka ayahnya telah membuat dia kehilangan salah satu
bakatnya yang berguna baginya untuk bertahan hidup di masa depan. Karena saat marah atau membentak, ayahnya menciptakan rasa tidak aman bagi si anak yang merusak semangat belajarnya.
Akibat negatif lain, si ayah telah mengajarkan rasa takut pada si anak. Padahal Allah telah memerintahkan agar kita hanya takut pada Allah, bukan yang lain. Rasa takut pada hal selain Allah akan menimbulkan rasa tidak aman yang menjadikan kita tidak membuat kemajuan.
Ketidakmampuan menumbuhkan rasa aman bagi seorang anak berakibat banyak hal negatif. Anak-anak nakal, pemalas, hingga pelaku kriminal adalah sebagian contohnya.
Rasa aman akan menumbuhkan percaya diri untuk berekspresi. Jadi mampukah kita merasakan jika anak sedang merasa tidak aman, lalu memberikan rasa aman yang dibutuhkannya?

Agresif - Onar

Anak Agresif? Sebab, Perilaku, dan Penanganannya
________________________________________
Sebab Perilaku Agresif Anak dan Penanganannya (Cara Mengatasi Anak Yang Agresif dan Aktif)
midwifery-online.blogspot.com
Sering kita jumpai ada seorang anak yang berperilaku agresif. Serba salah memang saat kita menghadapi anak seperti ini. Bila kita menggunakan “kekerasan”, hati nurani kita mengatakan TIDAK. Tapi kalau dilembutin, lha kok malah tambah keterlaluan dan mengganggu atau memberikan pengaruh buruk pada anak yang lain. Sebelum kita menuju pada cara menanganinya, alangkah lebih baik bila kita mengetahu faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi berperilaku agresif.

1. Faktor Orang Tua
Pola asuh orang tua kepada anak, akan sangat mempengaruhi perilaku anak di “dunia luar”. Mengapa? Karena seorang anak akan sangat merindukan suasana rumah yang bahagia untuknya bisa bertumbuh secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, pola asuh yang baik dan benar akan sangat dibutuhkan oleh sang anak. Bila suasa rumah, atau tempat orang tua mengasuh anak, tidak mendukung, maka hal ini bisa memicu sifat agresif anak. Sikap agresif anak pertama-tama disebabkan oleh adanya hal-hal yang dirindukan sang anak, namun sang anak tidak bisa mendapatkannya. Amarah yang “tidak terkendali” karena sifat yang masih kekanak-kanakan atau kedewasaan yang belum matang, bisa menyebabkan anak menjadi agresif. Biasanya sifat seperti ini disebabkan oleh keadaan rumah yang terlalu “kering” bagi sang anak. Sang anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya.
Sikap agresif, juga bisa terbentuk dari pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan. Sikap orang tua yang terlalu memanjakan sang anak dan selalu memberikan apa yang menjadi kemauan sang anak, juga bisa menjadi salah satu sebab anak menjadi agresif. Biasanya anak yang seperti ini, area kemandirian sang anak belum terbentuk dengan baik. Sehingga saat dia mengalami masalah kecil saja, bisa menjadi sebuah masalah yang besar bagi dia.

2. Faktor Sekolah
Sekolah juga bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi agresif. Biasanya, salah satu penyebabnya adalah “masalah dari rumah” juga. Orang tua yang terlalu menginginkan anaknya untuk menjadi anak yang berprestasi, bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi agresif. Karena tingginya tuntutan orang tua, maka anak yang masih ingin banyak bermain menjadi tertekan. Tekanan inilah yang menyebabkan anak menjadi agresif. Apalagi bila anak terlalu banyak diberikan materi-materi yang berat dari sekolah. Faktor yang lain adalah pengaruh dari teman-temannya di sekolah. Bila seorang anak memiliki teman-teman yang cenderung agresif, maka ada kemungkinan anak tersebut tertular teman yang lain.

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa didapat dari teman-teman bermain di lingkungan rumah. Yang pasti, teman yang baik, akan bisa mengubah seorang anak menjadi seorang yang baik pula. Begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini, kita kembali pada orang tua, bagaimana memberikan anak lingkungan bermain yang baik dan mengenalkan pada teman-teman yang baik. Faktor lingkungan juga bisa dipengaruhi oleh media komunikasi. Misalnya adalah media televisi. Banyak sekali kita temukan adegan kekerasan di media televise dan tontonan-tontonan yang tidak layak bagi anak usia dini.

Berkaitan dengan faktor-faktor di atas, penangangan pada anak yang agresif adalah perkara yang gampang-gampang susah. Akan menjadi gampang, bila kita tahu caranya. Dan akan menjadi susah bila kita terlalu cuek dan tidak peduli atau malah merasa “malu” untuk membicarakan hal buruk yang terjadi pada anak sendiri. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini memang sangat dibutuhkan sebuah keterbukaan, khususnya bagi orang tua. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, orang tua dengan sekolah, orang tua dengan lingkangan, dan sekolah dengan orang tua perlu terjalin dengan baik. Mengapa? Kadang kita jumpai anak yang terlihat baik di hadapan orang tuanya, namun di luar rumah atau di sekolah, dia adalah anak yang bandel. Biasanya hal ini terjadi karena adanya miskomunikasi antara orang tua dengan salah satu lingkungan tersebut. Hal ini menyebabkan anak menjadi memiliki dunia yang berbeda-beda dan terkotak-kotak. Andaikan anak mendapatkan segala apa yang dia inginkan di rumah, dengan pola asuh yang baik, maka dia tidak akan mencari di luar rumah. Dan kalau toh sudah terlanjut anak mencari di “tempat lain” karena ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi, misalnya dengan membuat onar di sekolah”, maka semua akan lebih cepat dan mudah didapatkan solusinya.
Jadi komunikasi adalah hal yang sangat penting, dan semua kembali pada orang tua. (Kak Zepe, Pencipta Lagu Anak)

Sumber: lagu2anak.blogspot.com

Secara umum, yang dimaksud dengan gangguan emosi dan perilaku adalah ketidakmampuan yang ditunjukan dengan respons emosional atau perilaku yang berbeda dari usia sebayanya, budaya atau norma sosial.
Ketidakmampuan tersebut akan mempengaruhi prestasi sekolah yaitu prestasi akademik, interaksi sosial dan ketrampilan pribadinya. Ketidakmampuan ini sifatnya menetap dan akan lebih tampak bila sang anak berada dalam situasi yangdirasakan menegangkan olehnya.
Gangguan emosi dan perilaku dapat saja muncul bersama gangguan psikologis lain, misalnya ADD ( Attention Deficit Disorder) yaitu gangguan pemusatan pikiran (GPP) atau ADHD ( Attention Dificit and Hyperactive Disorder)yaitu gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH) ataupun retardasi mental.
Karakteristik dari masalah perilaku dan emosional ini sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan karakteristik perilaku agresif menurut Masykouri (2005) :
• Perilaku agresif dapat bersifat verbal maupun nonverbal.
Bersifat verbal biasanya lebih tergantung pada situasional bersifat nonverbal yakni perilaku agresif yang merupakan respons dari keadaan frustasi, takut atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain.
Bentuk-bentuk perilaku agresif ini yang paling tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti perintah atau permintaan, menangis atau merusak. Anak yang menunjukan perilaku ini biasanya kita anggap sebagai pengganggu atau pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak mengalami masalah emosi atu perilaku juga menampilkan perilaku seperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak sesering atau seimpulsif anak yang memiliki masalah emosi atau perilaku. Anak dengan perilaku agresif biasanya mendapatkan masalah tambahan seperti tidak terima oleh teman-temannya (dimusuhi, dijauhi, tidak diajak bermain) dan dianggap sebagai pembuat masalah oleh guru. Perilaku agresif semacam itu biasanya diperkuat dengan didapatkan penguatan dari lingkungan berupa status, dianggap hebat oleh teman sebaya, atau didapatkannya sesuatu yang diinginkan, termasuk melihat temannya menangis saat dipukul olehnya.
• Perilaku agresif merupakan bagian dari perilaku antisosial.
Perilaku anti sosial sendiri mencakup berbagai tindakan seperti tindakan agresif, ancaman secara verbal terhadap orang lain, perkelahian, perusakan hak milik, pencurian, suka merusak (vandalis), kebohongan, pembakaran, kabur dari rumah, pembunuhan dan lain-lain. Menurut buku panduan diagnostik (dalam Masykouri, 2005: 12.4) untuk gangguan mental, seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku antisosial (termasuk agresif) bila tiga di antara daftar perilaku khusus berikut terdapat dalam seseorang secara bersama-sama paling tidak selama enam bulan. Perilaku tersebut sebagi berikut.
1. Mencuri tanpa menyerang korban lebih dari satu kali.
2. Kabur dari rumah semalam paling tidak dua kali selama tinggal di rumah orang tua.
3. Sering berbohong.
4. Dengan sengaja melakukan pembakaran.
5. Sering bolos sekolah.
6. Memasuki rumah, kantor, mobil, orang lain tanpa izin.
7. Mengonarkan milik oranglain dengan sengaja.
8. Menyiksa binatang.
9. Menggunakan senjata lebih dari satu kali dalam perkelahian.
10. Sering memulai berkelahi.
11. Mencuri dengan menyerang korban.
12. Menyiksa orang lain.
Meskipun dari ciri-ciri tersebut tampaknya sangat jarang dilakukan anak usia sekolah, namun sebagai orang tua khususnya pendidik, perlu mewaspadai agar perilaku-perilaku tersebut jangan sampai muncul ketika anak beranjak remaja atau masa perkembangan remaja.
Jadi seorang pendidik perlu jeli untuk mengenali gejala perilaku yang tidak umum pada anak didiknya sedini mungkin, sehingga kasus tersebut dapat ditangani lebih awal.
http://belajarpsikologi.com/karakteristik-perilaku-agresif/

Komunikasi Efektif untuk Anak Pembuat Onar
SEMARANG -Perilaku anak pembuat onar dapat disebabkan oleh kemauan dari dalam diri sendiri atau dari luar. Bisa jadi anak ingin sekali berubah namun pada kenyataannya ia tetap terjebak untuk terus membuat onar. Hal itulah yang harus disadari guru agar tidak menjadi korban keonaran siswa atau siswa yang menjadi korban kemarahan guru.

Menurut Dra Endang Sri Indrawati MSi, Ketua Lembaga Bantuan Hukum untuk Wanita dan Keluarga (LBHuWK), anak menjadi pembuat onar akibat dari ketidakmampuannya beradaptasi karena gangguan perkembangan sosial dan emosi.

“Sehingga terciptalah tingkah laku anak yang bisa membuat dia puas tapi lingkungan sosial tidak bisa menerimanya,” ujarnya dalam seminar pendidikan “Bagaimana Menjadi Seorang Guru Profesional, Trik Cerdas Berkomunikasi Efektif Menghadapi Siswa Trouble Maker” di Hotel Telomoyo, baru-baru ini.
Acara itu juga dihadiri pembicara Drs Sugiyo MSi (Unnes) dan Dra Endang Purwaningtyas T (pengawas bimbingan konseling SMA).
Ciri-ciri Anak trouble maker (pembuat onar), lanjut Endang Sri Indrawati, biasanya memiliki ciri-ciri suka berbohong, sulit mengambil keputusan, sering cemas, depresi, merasa diperlakukan tidak adil, suka mencari kambing hitam, suka mengadu untuk mendapat perhatian, sering bertengkar, dan sering merusak.
“Oleh karena itu, bila bertemu dengan anak trouble maker, jangan menyelesaikan dengan cara marah. Jengkel saja tidak cukup,” kata dosen Undip itu.

Prinsipnya, tambah dia, ciptakan lingkungan sosial yang kondusif untuk mendukung perbaikan diri anak. Selain itu, ciptakan komunikasi efektif dengan cara pengertian, kesenangan, perubahan pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan yang diharapkan.

“Semuanya harus dilakukan tanpa paksaan. Kalau anak berubah karena motivasi internal, itu betul. Tapi kalau berubah karena disiplin sekolah, itu yang tidak benar,” tuturnya.

Sementara itu Sugiyo mengatakan, selama ini guru masih dalam fokus mengajar saja. Hanya menyampaikan materi, tidak peduli pada tingkah laku anak. “Padahal guru yang profesional seharusnya memperhatikan betul perilaku apa yang berubah pada si anak,” katanya.

Ia menyarankan, sebaiknya anak trouble maker tak dijauhkan dengan anak-anak pintar dan berkelakuan baik. “Bagaimanapun juga mereka butuh sosialisasi. Jika dijauhkan, mereka akan semakin merasa bodoh, dan yang pintar akan semakin merasa leboh eksekutif,” papar dia.

Menurut Endang Purwaningtyas, melakukan pendekatan secara persuasif adalah jalan keluar yang efektif. “Sebagai guru, cobalah untuk memosisikan diri sebagai orang yang dekat dengan si anak. Misalnya, si anak dekat dengan ibunya, ya coba posisikan diri sebagi ibunya,” kata Endang.

Atau bisa juga, lanjutnya, berkunjung ke rumah orang tua anak trouble maker. “Kalau kita dekat dengan orang tua si anak, berbicara apapun yang menyangkut masalah anak akan jadi lebih enak,” imbuhnya. (J8-45)

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING


“Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya.” (Al Hajj : 46)

Pendidikan agama harus diimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.
Menurut pendapat para ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian.
Dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

“Dan demi nafs dan yang menciptakannya, maka diilhamkan-Nya kepada jiwa tersebut kefasikan dan ketakwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya” (Asy-Syam:7-10)


A. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?”
Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.
Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)

Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :

“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)

“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)

“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)

Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif.
2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social.
3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya.
4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.
Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu.
Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)


B. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.
2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.
5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”
Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)

Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, bebarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)

Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamaya, dalam hal ini Agama Islam.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konselingdan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.



Daftar Pustaka

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.

Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ.Jakarta : Penerbit Arga.

Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.

Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.

Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang.
http://www.findtoyou.com/powerpoint/download-pendekatan+konseling-1086716.html

PENDIDIKAN UNTUK ANAK

Inspirasi : Pendidikan untuk anak-anak
Ini saya posting tulisannya Dorothy L. Nolte tentang pendidikan untuk anak-anak.
Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi anda semua :
Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.
Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.
Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.
oleh Dorothy Law Nolte (1924 – 2005)

soal-soal Pramuka 2

1. Siapa nama bapak Pandu Pramuka Sedunia?
a. Lord Robert Baden Powell
b. Robert Stephenson Smyth .
c. Lord Smyth Robert Boden Powell
d. Lort Robert Baden Powell of Gilwell
2. Kapan Bapak Pandu Pramuka seduia Lahir?
a. 21 Pebruari 1857. c. 23 Pebruari 1857
b. 22 Pebruari 1857 d. 24 Pebruari 1857
3. organisasi kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki yang di sebut dengan nama?
a. Boys Scout. c. Boyscout
b. Girls Scout d. Mans Scout
4. Berapa usia pramuka penegak?
a. 16-25. c. 16-23
b. 15-23 d. 17-25
5. Apa pengertian SAKA?
a. Satuan kepramukaan c. Sistem kepramukaan
b. Satuan karya. d. Sistem amanah karya anggota
6. Ada berapa saka sekarang yang ada di organisasi Pramuka di Indonesia?
a. 5 c. 9
b. 7 d. 11.
7. Apa arti warna Ungu yang ada pada Boys Scout ?
8. Pada tahun berapakan di dirikannya pramuka di Indonesia?
a. Tahun 1958 c. Tahun 1960
b. Tahun 1959 d. Tahun 1961.
9. "Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi?
a. Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak
b. Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
c. Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak Pembina Pramuka, dan Andalan Pramuka
d. Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pembina Pramuka
10. Siapa nama bapak pandu pramuka Indonesia?
a. Dr.A. Aziz Saleh c. Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
b. Dr. Ir. Soekarno d. Susilo Bambang Yudhoyono
11. Apa lambang Gerakan Pramuka Indonesia?
a. Boys Scout c. Bunga Lili
b. Gunung Dempo d. Tunas kepala.
12. Jika anda telah menjawab pertanyaan No. 11 ,mengapa lambang tersebut di jadikan lambang Gerakan Pramuka Indonesia?
a. Karena pantas dan indah
b. Karena bisa hidup dimana saja dan banyak manfaatnya
c. Karena bagus dan megah
d. Karena bisa hidup di berbagai musim dan dapat di manfaatkan
13. Gunung apa yang ada pada lambang KWARDA Palembang?
a. Gunung Semeru c. Gunung Jempol
b. Gunung Dempo. d. Gunung Kerinci
14. Siapa Penemu Sandi Morse?
a. Morse . c. mhouse
b. Mourse d. mhorse
15. Berasal dari manakah penemu sandi Morse?
a. Afrika c. Belanda
b. Amerika. d. Italia
16. Apa fungsi Kompas?
a. Penunjuk arah c. penunjuk arah mata air
b. Penunjuk arah mata angin. d. penunjuk udara
17. Jarum berwarna hitam pada kompas selalu menunjuk ke arah mana?
a. Timur c. Utara.
b. Selatan d. Barat
18. Sedangkan jarum yang berwarna putih menunjuk ke arah?
a. Timur c. Utara
b. Selatan. d. Barat
19. Apa kepanjangan dari DKC?
a. Dewan Kehormatan Cabang c. Dewan Kerajinan Cabang
b. Dewan Kerohanian Cabang d. Dewan Kerja Cabang.
20. Apa nama istilah kacu untuk anggota pramuka putri?
a. Kacu pramuka c. Stangan leher.
b. Pita leher d. Kacu



1. Apa pengertian dari PRAMUKA, GERAKAN PRAMUKA dan KEPRAMUKAAN?
2. Tulislah Janji dan kode Moral Pramuka!
3. Buatlah struktur Organisasi Gerakan Pramuka!
4. “SATYAKU KU DHARMAKAN, DHARMAKU KU BAKTIKAN”
Tulis ulang kata di atas degan menggunakan sandi Kotak I!
5. Ada berapa saka yang ada di pramuka sekarang?Sebutkan dan jelaskan fungsi dari masing-masing saka tersebut!

UMUM!!!
6. Apa Fungsi Jantung, Hati dan Ginjal!
7. Ada berapa jumlah tulang rusuk manusia?
8. Berapa jumlah gigi anak-anak dan jumlah gigi orang dewasa?
9. Dimana pertama kali dan kapan PBB di adakan?
10. Apa isi sumpah Pemuda!
11. Apa yang dimaksud dengan Revolusi Hijau?
12. Sholat Jama’ ada 2, sebutkan dan jelaskan!
13. Sebutkan nama-nama bulan islam!
14. Apa syarat sholat agar bisa di qashar kan?

Soal untuk final
1. Perang dunia II terjadi pada tahun berapa?
2. Danau toba adalah sebagian dari sejaran rakyak Indonesia. Terletak di manakah danau toba tersebut?
3. Baru-baru ini,tanggal 1 mei diperingati sebagai hari apa?
4. Yakult adalah contoh produk susu yang difermentasi. Bakteri apakah yang ada di dalamYakult?
5. Siapa nama presiden ke III di Indonesia?
6. Apa sebutan untuk anggota bersenjata terbesar di amerika serikat?
7. Ada berapa jumlah provinsi di Indonesia saat ini?
8. Sumatera selatan terletak di Indonesia Bagian Mana?
9. Siapa nama pencipta lagu Indonesia Raya?
10. Bendera merah putih di jahit oleh?
11. Sebutkan Dasa dharma no7!
12. “KAMI PRAMUKA INDONESIA”
Tulis kembali dengan menggunakan sandi kotak I!
13. C6H12O6 adalah rumus kimia dari senyawa apa?
14. H2O adalah rumus kimia dari senyawa apa?
15. Kerang, siput, keong dan hewan-hewan bercangkang lainnya termasuk dalam kelas apa?
16. Tari salman berasal dari daerah provinsi mana?
17. Suatu kabupaten di pimpin oleh siapa ?
18. Organ dalam mata yang berfungsi sebagai penerima cahaya dari sumber cahaya adalah?
19. suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih,biasanya penyakit ini adalah penyakit keturunan, Penyakit apakah tersebut?
20. Benua yang terbesar di dunia adalah benua?
21. Gunung fuji ,adalah termasuk gunung terindah di dunia. Terletak dimanakah gunung fuji tersebut?
22. Kapan dan di mana PBB didirikan ?
23.

soal-soal Pramuka

Soal Putra A
1. Siapa nama bapak Pandu Pramuka Sedunia?
2. Berapa batasan usia pramuka penegak?
3. Apa pengertian SAKA?
4. Pada tahun berapakah di dirikannya pramuka di Indonesia?
5. Apa lambang Gerakan Pramuka Indonesia?
6. Gunung apa yang ada pada lambang KWARDA Palembang?
7. Berasal dari manakah penemu sandi Morse?
8. Perang dunia II terjadi dan berakhir pada tahun berapa ?
9. Diket sebuah bola dengan jari-jari 45 cm. Hitunglah Volume bola tersebut?
10. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 30 m/s. mobil tersebut menempuh jarak 200 m untuk tiba di kota tujuan. Hitunglah waktu yang ditempuh mobil tersebut?





Soal Putra B
1. Kapan Bapak Pandu Pramuka seduia Lahir?
2. Berapa Batasan Usia Pramuka Siaga?
3. Ada berapa Saka yang ada di pramuka Indonesia pada saat ini?
4. Apa kepanjangan dari DKR?
5. Sebutkan dasadharma no 7!
6. Pada Lambang KWARDA terdapat 9 garis berjajar, Garis apakah itu?
7. Siapa Nama Penemu Sandi Morse?
8. Perang Dunia I terjadi dan berakhir pada Tahun berapa?
9. Diket sebuah bola dengan jari-jari 23 cm. Hitunglah Volume bola tersebut
10. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 30 m/s. mobil tersebut menempuh jarak 500 m untuk tiba di kota tujuan. Hitunglah waktu yang ditempuh mobil tersebut




Soal Putra C
1. Kapan bapak Pandu pramuka sedunia wafat?
2. Berapa Batasan Usia Pramuka Penggalang?
3. Saka yang berada di bawah didikan Kepolisian adalah SAKA?
4. Apa kepanjangan dari DKN?
5. Sebutkan Dasadharma no 4!
6. Pada Lambang KWARDA terdapat 10 nyala api, 10 nyala api tersebut melambangkan apa?
7. Apa arti warna Ungu yang ada pada Boys Scout ?
8. Diket sebuah bola dengan jari-jari 50 cm. Hitunglah Volume bola tersebut
9. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 40 km/jam. mobil tersebut menempuh jarak 500 km untuk tiba di kota tujuan. Hitunglah waktu yang ditempuh mobil tersebut






Soal Putri A
1. Sebuah persegi panjang dengan panjang 9 cm mempunyai lebar 5 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut
2. Diketahui masa suatu benda 15 kg, melaju dengan kecepatan 45 m/s. Hitunglah gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan menggunakan hukum Newton II

Soal Putri B
1. Sebuah persegi panjang dengan panjang 9 cm mempunyai lebar 5 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut
2. Diketahui masa suatu benda 15 kg, melaju dengan kecepatan 45 m/s. Hitunglah gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan menggunakan hukum Newton II

Soal putri C
1. Sebuah persegi panjang dengan panjang 9 cm mempunyai lebar 5 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut
2. Diketahui masa suatu benda 15 kg, melaju dengan kecepatan 45 m/s. Hitunglah gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan menggunakan hukum Newton II

Soal putri D
1. Sebuah persegi panjang dengan panjang 9 cm mempunyai lebar 5 cm. Hitunglah luas persegi panjang tersebut
2. Diketahui masa suatu benda 15 kg, melaju dengan kecepatan 45 m/s. Hitunglah gaya yang bekerja pada benda tersebut dengan menggunakan hukum Newton II



a

Soal Final Untuk Putra

1. Hitunglah volume sebuah kubus yang mempunyai sisi 4,5 cm?
2. Hitung harga W yang mempunyai frekuensi 50 Hz?


Soal Final Untuk putrid
3. Hitunglah volume sebuah kubus yang mempunyai sisi 4,5 cm?
4. Hitung harga W yang mempunyai frekuensi 50 Hz?

Pengolahan Gambar dengan Photoshop

Pengolahan Gambar dengan Photoshop

1. Tipe-Tipe Grafik Komputer

a. Grafik Bertipe Vektor

Grafik dengan tipe format Vektor merupakan gambar yang dibentuk oleh
objek berupa garis dan kurva berdasarkan rumus matematik. grafik vector biasanya memiliki format file *.eps (encapsulated postscript), *wmf (windows metafile) atau sesuai dengan software aplikasi grafis pembentuknya.

b. Grafik Bertipe Bitmap

Grafik dengan tipe format Bitmap atau dikenal juga dengan istilah raster
merupakan objek yang berupa titik-titik berwarna yang disebut pixel (picture element). Bitmap biasanya memiliki format file *.bmp, *.jpg, *.jpeg, *.tif, *.tiff, ataupun *.png. Gambar yang dihasilkan oleh kamera digital ataupun scanner akan ditransper ke komputer dalam bentuk citra bitmap.

c. Perbedaan antara Grafik Vektor dan Grafik Bitmap

Grafik Bitmap Grafik Vektor
Terdiri atas kumpulan pixel dengan warna tertentu Terdiri atas kurva dan garis berdasarkan rumus matematis
Resolution Dependent Resolution Independent
Memerlukan ruang penyimpanan yang relative lebih besar Memerlukan ruang penyimpanan yang relative lebih kecil
Cocok untuk gambar yang detil dengan gradasi warna yang rumit Cocok untuk gambar dengan warna sederhana (tidak rumit).


2. Photoshop, Pengolah Grafis Berbasis Bitmap

Adobe Photoshop merupakan salah satu program pengolah grafis professional
Standar, produk dari Adobe System Incoporated yang banyak digunakan di bidang percetakan dan penerbitan. Dengan Adobe Photoshop, sebuah foto atau gambar bisa dipersentasikan dengan format bitmap beresolusi tinggi.

a. Mengaktifkan Adobe Photoshop
• klik menu photoshop pada desktop
• untuk memunculkan gambar, klik pulldown menu File → New
• atur seting dokumen kemudian klik OK.

b. Membuat Teks dan Objek Geometris

i. Membuat Teks
• Klik teks tool pada menu toolbox
• Kemudian ketik teks dan di akhiri dengan klik move tool
• Untuk memberi efek, klik kanan pada layer teks→Blending Options→klik Drop Shadow pada layer Style→OK.

ii. Membuat Objek Berupa Bentuk Geometris
• Klik menu toolbox→ klik custom shape, contoh rectangle,
• Klik dan drag hingga terbentuk objek sesuai pilihan.

c. menggunakan Tekstur dan Style pada Objek
• Pulldown menu→windows→styles
• Klik objek→ klik bentuk style→ OK

d. Manipulasi Layer
Untuk menghapus, meyatukan layer, duplikasi layer, trasnparasi layer.
• Kilk layer→ pulldown klik→ menu yang sesuai

e. Menyimpan File
• Klik file→ save pilih format, contoh *.jpg→ OK

3. Memanipulasi Gambar Menggunakan Photoshop

Yaitu mengubah posisi gambar, mengatur ukuran, mengatur pencahayaan,
komposisi warna, menggabungkan gambar, menambah border (frame), dan penambahan beberapa efek-efek artistic.

a. Membuka File Gambar untuk Diproses
• Klik file open→ pilih gambar→ open

b. Mengatur Mode Warna
• Photoshop menyediakan beberapa sistem warna yaitu RGB, CMYK, Lab Color, Indexed color, Grayscale, Duotone, Bitmap.
• Klik image→ mode pilih→ mode warna.

c. Mengatur Kecerahan Gambar
• Klik image→ adjustment→ level→ OK

d. Mengatur Ukuran Gambar
• Klik image→ image size→ atur ukuran gambar/kanvas→ OK
• Atau bisa juga dengan klik image→ canvas size→ atur ukuran→ OK

e. Menggunakan Menu Toolbox untuk Mengedit Gambar
Berikut ini adalah nama dan fungsi yang terdapat pada toolbox:
• Marquee Tool (M), untuk memilih bagian tertentu dari image yang akan dipotong atau dimodifikasi.
• Lasso Tool (L) , untuk memilih bagian dari image untuk dimodifikasi, sama fungsi dengan Marquee Tool. Ada tiga jenis Lasso Tool:
1. Freehand Lasso Tool
2. Polygonal Lasso Tool
3. Magnetic Lasso Tool
• Move Tool (V), untuk menggeser atau memindahkan image bagian
yang di seleksi.
• Magic Wind Tool (W), untuk memilih atau menentukan bagian
gambaryang sama kedalaman warnanya.
• Cropping dan Crop Tool (C ), untuk untuk memilih atau memotong
bagian tertentu dari objek.
• Slice Tool & Slice Select Tool, untuk memotong gambar menjadi bagian yang lebih kecil.
• Healing Brush Tool (J), untuk mengubah/memperbaiki bagian tertentu pada gambar dengan menggunakan pola dari bagian gambar lain.
• Spot Healing Brush, memperbaiki gambar tanpa menggunakan gambar lain.
• Red Eye Tool, mengubah warna mata pada gambar
• Brush Tool & Pencil Tool, membuat garis dengan sisi luar yang lunak sebagaimana pengecatan dengan airbrush yang sesungguhnya.
• Clone Stamp Tool & Pattern Stamp Tool, untuk membuat duplikat dari suatu image sebagian atau seluruhnya, pada tempat dari image itu sendiri atau halaman baru.
• History Brush Tool, untuk menggambar (mengecat) dengan pola-pola gambar yang ada.
• Eraser Tool (E), untuk menghapus daerah yang ada pada gambar
• Gradient & Paint Bucket Tool (G), untuk memberi gradasi warna pada gambar, sedangkan Paint Bucket Tool untuk memberi warna/pattern pada pola gambar.
• Pengolah Fokus (R), terdapat 3 macam yaitu;
1. Blur, mengaburkan gambar
2. Sharpen, mempertajam gambar
3. Smudge, memberi efek seperti digosok dengan tangan
• Photography Tool (O), terdiri atas 3 macam;
1. Dodge Tool, mengatur pencahayaan agar lebih terang
2. Burn Tool, mengatur pencahayaan agar lebih gelap
3. Sponge Tool, mengatur tingkat saturasi gambar
• Selection Tool & Direct Selection Tool (A), untuk editing kurva vector (bukan bitmap) baik terbuka maupun tertutup.
• Type Tool (T), untuk membuat teks diatas gambar.
• Pen Tool (P),untuk membuat gambar dengan tepi halus
• Shape Tool (U), untuk membuat bentuk-bentuk geometri standar.
• Notes Tool (N), untuk memberi catatan atau keterangan berupa teks ataupun audio/suara.
• Eye Dropper Tool, Color Sample Tool, & Measure Tool (I), untuk meniru warna dari gambar yang ada.
• Hand Tool (H), untuk menggeser gamabr dalam gambar sehingga bagian yang di inginkan dapat dilihat.
• Zoom Tool (Z), untuk memperbesar /memperkecil gambar.
• Foreground Color & Back Ground Color (D), untuk menentukan warna background ataupun foreground.

f. Menggunakan Palette (Palet)
Sebagai perangkat Bantu editing gambar agar lebih mudah dan cepat.
• Navigator Palette & Info Palette, untuk mengatur besar kecilnya tampilan ukuran gambar dalam lembar kerja (kanvas)
• Color Palette, mengatur presentase (komposisi) campuran setiap komponen warna pada background dan foreground.
• Swatches Palette, mengatur warna dengan menggunakan palet warna.
• Style Palette, dasar pembuatan objek lain yang ingin dibuat dengan menggunakan efek serta sistwm pewarnaan yang telah dibuat sebelumnya.
• Layer Palette, mempermudah mengedit dan memanipulasi gambar
• Channel Palette, merekam komponen warna yang dipergunakan dalam gambar.
• Path Palette, membuat pola garis yang nantinya akan digunakan untuk memotong atau membuat pola gambar dengan vector, bagian gambar selanjutnya dapat disimpan sehingga jika potongan gambar tersebut akan digunakan dapat ditampilkan kembali.
• History Palette, proses undo, berbalik ke langkah pengolahan gambar sebelumnya.
• Action Palette, mengeksekusi perintah-perintah tertentu secara otomatis.

g. Menggunakan Filter
Membuat warna terlihat lebih dominant.
• Klik image→ adjustment→ photo filter

h. Menggabungkan Gambar
Mengambungkan beberapa gamabr menjadi satu.
• Siapkan/buka dua atau lebih gambar
• Seleksi salah satu gambar menggunakan Lasso Tool
• Klik edit→ copy
• Pada gambar yang lain, klik edit→ paste
• Edit gambar yang telah digabungkan, untuk mengatur ukuran klik edit→ free transform (Ctrl + T )→ enter.

Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan

Tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial tersebut. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu :
1. bahwa seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permalahan sosial yang sering terjadi dimasyarakat,
2. bahwa seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut,
3. seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial dimasyarakat yang mana masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras, agama, etnis dan kebudayaan sehingga berpotensi besar untuk timbulnya suatu konflik, dan
4. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat proses intergrasi sosial budaya yang mana ini bertujuan untuk mempererat tali kesatuan antara masyarakat Indonesia. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik

lmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.

kesehatan mental

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KESEHATAN MENTAL
(MENTAL HYGIENE)

Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Kesehatan mental tertentang dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
• Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”.
• Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”.
• Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.

KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

1. Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
• Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.
• Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987).








ASPEK PRIBADI KARAKTERISTIK
Fisik Perkembangannya normal.
Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki Insight dan rasa humor.
Memiliki respons emosional yang wajar.
Mampu berpikir realistik dan objektif.
Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
Bersifat kreatif dan inovatif.
Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis).
Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.


KARAKTERISTIK MENTAL YANG TIDAK SEHAT

Ciri-ciri mental yang tidak sehat yaitu :
• Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
• Perasaan tidak aman (insecurity)
• Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
• Kurang memahami diri (self-understanding)
• Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
• Ketidakmatangan emosi
• Kepribadiannya terganggu
• Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders, 1964;61).



RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL

Kalangan ahli kesehatan mental (mental hygienist) memberikan batasan bahwa ruang lingkup kesehatan mental adalah (1) pemeliharaan dan promosi kesehatan mental individu dan masyarakat, dan (2) prevensi dan perawatan terhadap penyakit dan kerusakan mental. Secara garis besar ruang lingkup kerja kesehatan mental itu mencakup hal-hal berikut:[1]
• Promosi kesehatan mental, yaitu usaha-usaha peningkatan kesehatan mental. Usaha ini dilakukan berangkat dari pandangan bahwa kesehatan mental bersifat kualitatif dan kontinum serta dapat ditingkatkan sampai batas optimal.
• Prevensi primer, adalah usaha kesehatan mental untuk mencegah timbulnya gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan sebagai proteksi terhadap kesehatan mental masyarakat agar gangguan dan sakit mental itu tidak terjadi.
• Prevensi sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan kasus dini (early case detection) dan penyembuhan secara tepat (prompt treatment) terhadap gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan untuk mengurangi durasi gangguan dan mencegah agar jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.
• Prevensi tersier, merupakan usaha rehabilitasi awal yang dapat dilakukan terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Usaha ini dilakukan untuk mencegah drasbilitas atau ketidakmampuan. Jangan sampai mengalami kecacatan menetap.
Atas dasar ini maka ruang lingkup mempelajari kesehatan mental tidak saja berhubungan dengan perawatan perawatan kesehatan individual (individual health care) tetapi juga pelayanan kesehatan pada masyarakat (community health care) dan justru pelayanan kesehatan masayarakat ini menjadi fokus utama dalam kesehatan mental.


Fokus utama kesehatan mental yaitu:

1. Mental Hygiene dalam Keluarga
Amatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah untuk memahami konsep-konsep atau prinsip-pronsip kesehatan mental hygiene ini, yang berfungsi untuk mengembangkan mental yang sehat atau mencegah terjadinya mental yang sakit pada anggota keluarga.
2. Mental Hygiene di Sekolah
Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Pemahaman pimpinan sekolah dan guru-guru (terutama guru BK atau konselor) tentang mental hygiene sangatlah penting. Pimpinan dan para guru secara sinerji dapat menciptakan iklim kehidupan sekolah (fisik, emosional, sosial, maupun moral spiritual) untuk perkembangan kesehatan mental para siswa. Di samping itu mereka dapat memantau gejala gangguan mental para siswa sedini mungkin. Mereka dapat memahami masalah mental yang dapat diatasi sendiri dan mana yang seyogianya dirujuk ke para ahli yang lebih profesional.
Para guru di SLTP dan SLTA perlu memahami kesehatan mental siswanya yang berada pada masa transisi, karena tidak sedikit siswanya yang mengalami kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya, seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi, masalah akademis yang semuanya dapat menjadi sumber stres.
3. Mental Hygiene di tempat kerja
Lingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang yang berinteraksi di tempat tersebut.
Banyak masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja yang diakibatkan oleh stres, apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerjadi di kalangan pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, amaka tinggal menunggu kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.
Berdasarkan hal itu, bagi para pimpinan lembaga pemerintah / swasta yang menginginkan tercapainya keberhasilan. Sangatlah penting untuk memperhatikan mental hygiene ini, agar mereka dapat mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya maslaah gangguan emosional, datu memperkecil sumber-sumber terjadinya stres.
4. Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik
Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik yang mengidap gangguan mental, seperti : pemalsuan ijazah, money politic, KKN, khianat kepada rakyat dan stres yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi calon legislatif, dll.
5. Mental Hygiene di Bidang Hukum
Seorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi saat proses pengadilan berlangsung, dimana sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hukum.
6. Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama
Pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis merupakan bentuk yang paling tua. Telah beberapa abad lamanya, para nabi atau para penyebar agama melakukan therapeutik.
Semakin kompleks kehidupan, semakin penting penerapan mental hygiene yang bersumber dari agama dalam rangka mengembangkan atau mengatasi kesehatan mental manusia. Ada kecenderungan orang-orang di zaman modern ini semakin rindu atau haus akan nilai-nilai agama, seperti ceramah atau tausiyah. Mereka merindukan hal itu dalam upaya mengembangkan wawasan keagamaannya, atau mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sulit diatasinya tanpa nasihat keagamaan tersebut.






KESIMPULAN

Dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Kemudian diadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya. Sebagai contoh ialah jasa-jasa Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris. Setelah itu muncul sikap yang lebih ilmiah terhadap penyakit mental yaitu sejajar dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Diantara tokoh-tokohnya adalah Dorothea Dix di Amerika dan Clifford Whittingham Beers.
Untuk dapat menikmati hidup ini, diperlukan pemahaman atas konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Tujuan mempelajari kesehatan mental adalah memahami kesehatan mental dengan segenap faktor yang mempengaruhi dan usaha-usaha yang dapat meningkatkannya sekaligus meningkatkan kesehatan mental masyarakat.
Ruang lingkup kesehatan mental mencakup promosi, prevensi primer, prevensi sekunder dan prevensi tersier.










KARAKTERISTIK MENTAL YANG TIDAK SEHAT DAN RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL


Dosen Pembimbing : Drs. Romli Manarus, SU,Kons.


PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2011-2012