Senin, 15 Oktober 2012

Pengaruh Konformitas Pada Hubungan Persahabatan di Usia Remaja

Pengaruh Konformitas Pada Hubungan Persahabatan di Usia Remaja I. Pendahuluan Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia yang berada dalam keadaan transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Rentang usia remaja berkisar antara 13 atau 14 tahun sampai 21 tahun. Dalam perkembangannya remaja mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Saat memasuki masa remaja, individu cenderung lebih banyak menghabiskan waktu bersama kelompok teman sebaya dari pada keluarganya. Hal ini dikarenakan kebutuhan social nya, dimana seorang remaja mulai membutuhkan teman yang memahami dan menolongnya, menjadi tempat untuk berbagi suka dan dukanya. Teman dalam diri seorang anak remaja memberikan pengaruh tertentu sehingga dia sewarna dengan temannya dan bahkan mengikuti dari segi pakaian, ucapan dan prilaku. Teman sebaya mempunyai peran yang penting dalam kehidupan remaja. Menurut Mappiare (dalam Jayantini, 2007), ketika merasa cocok dengan teman yang telah dikenalnya, seorang remaja akan membentuk komunitas atau kelompok dimana akan terjalin ikatan persahabatan. Persahabatan merupakan hubungan yang bersifat timbal balik, setimbang, dan stabil. Pengaruh kelompok teman sebaya sangat kuat pada diri remaja. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya disebut konformitas (Monks, 2004, hal.282). Misalnya seorang remaja yang memilik teman dekat dengan hobby membaca, secara tidak langsung lambat laun remaja tersebut akan mulai terbiasa dengan membaca, meskipun sebelumnya ia tidak begitu suka membaca. Dasar utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang anggota kelompok lainnya. Remaja yang mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga remaja cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok, bukan usahanya sendiri (Monks dkk, 2004, h.283). Makalah ini berisi mengenai salah satu contoh persahabat di usia remaja yang sangat dipengaruhi oleh konformitas. Permasalah ini dialami oleh Winda seorang pelajar yang baru duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas. Winda adalah seorang remaja yang hidup dengan banyak masalah keluarga. Ia dibesarkan di sebuah keluarga yang penuh konflik sehingga membuat Winda menjadi remaja yang kurang percaya diri, tertutup, sering minder, dan menarik diri dari lingkungan. Hal tersebut disebabkan oleh tekanan yang diterima dari pengaruh masalah keluarganya. Pada masalah ini Winda memmiliki kesempatan untuk menjalani hari-harinya karena adanya Lusi dan Indri yang hadir sebagai sahabatnya, yang membawa Winda menjadi remaja yang lebih ceria dan percaya diri. II. Pembahasan Winda seorang pelajar Sekolah Menengah Atas yang baru duduk di kelas X. Winda adalah seorang remaja yang hidup dengan banyak masalah keluarga. Sejak Kecil ibu dan ayah Winda sudah berpisah, Winda dan adiknya tinggal bersama ibu dan neneknya. Mereka hidup di sebuah keluarga yang sederhana. Dilingkungan social, Winda dikenal sebagai remaja yang tertutup. Ia jarang sekali bermain bersama teman-teman sebaya disekeliling rumahnya, bahkan bahkan sebagian tetangganya tidak begitu mengenali Winda. Ia hanya keluar rumah ketika ada sesuatu yang akan dilakukan, seperti sekolah. Selama ini dia belum memiliki teman akrab apalagi sahabat. Winda selalu menyalurkan keluh kesahnya lewat tulisan, karena ia tidak memiliki tempat untuk berbagi suka dukanya. Winda yang cenderung pemalu, ketika duduk di bangku kelas X SMA, saat kegiatan masa orientasi siswa, ia berkenalan dengan teman satu kelasnya bernama Lusi dan Indri. Lusi merupakan seorang remaja yang hidup berkecukupan dan baik hati. Ia dibesarkan dari keluarga yang jauh berbeda dengan keadaan keluarga Winda. Kemudian Indri yang merupakan teman Lusi sejak SMP. Lusi dan Indri merupakan remaja yang ceria dan selalu menanggapi maslah dengan berfikir positif. Sejak Masa Orientasi Siswa itu, Lusi dan Indri mulai berteman dengan Winda, awalnya Lusi dan Indri agak bingung dengan tingkah Winda yang jauh berbeda dengan mereka berdua. Akan tetapi Lusi dan Indri selalu saja berada didekat Winda, meskipun Winda tertutup, Lusi dan Indri tak pernah memaksa winda untuk bercerita mengenai keadaannya, mereka mulai mengerti keadaan winda ketika mereka dating ke rumah winda untuk mengajaknya belajar bersama. Winda cukup berpotensi, hanya saja ia tidak pernah mau untuk menunjukkan potensinya. Setelah setengah tahun mereka bersama, Lusi dan Indri yang selalu menemani Winda dan menolong winda, akhirnya Winda mulai terbiasa dan mulai perlahan bercerita tentang segala hal yang dilewatinya. Lusi dan Indri selalu bercerita dan berbagi tentang segala sesuatu yang mereka alami, baik itu bahagia ataupun sebuah kesedihan. Lusi dan Indri selalu memancing winda agar winda mau bercerita mengenaidirinya, mereka memiliki sebuat buku catatan dimana mereka mengutarakan semua perasaan mereka. Tentu saja Winda ikut terbantu dengan tindakan ini. Ia bias lebih menyalurkan perasaannya tanpa terpaksa. Hingga akhirnya Winda akhirnya tidak sungkan lagi bercerita kepada Lusi dan Indri mengenai apa yang ia rasakan. Sejak saat itu, Lusi dan Indri sering mengajak winda berjalan, bermain bersama bercerita, dll. Hingga winda mulai menjadi anak yang ceria. Mereka sering belajar bersama, bernyanyi dan pergi sekolah bersama. Winda merasa sangat bahagia dengan keadaannya sekarang. Winda yang dulu jarang keluar rumah, kini ia menjadi aktif dan ceria seperti remaja pada umumnya. Winda lebih percaya diri dan menanggapi masalahnya dengan positif seperti tindakan temannya Lusi dan Indri. Setelah dua tahun mereka bersahabat, akhirnya Winda benar-benar berubah, kini ia menikmati hidupnya, berfikir positif pada setiap masalah yang dihadapinya dan menjadi remaja yang ceria seperti Lusi dan Indri. Persahabatan mereka pun diikat oleh perjanjian, yakini apapun keadaannya mereka harus terus bersama dan tetap terus ceria menghadapi setiap masalah. Winda kini lebih percaya diri dan terbuka, ia pun lebih dikenal lingkungan sebagai remaja yang ramah dan ceria dan berprestasi di bidang bahasa. Semua ini berkat adanya pengaruh konformitas dari sahabat-sahabatnya Lusi dan Indri. III. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa dimana seseorang memiliki kebutuhan untuk memiliki teman akrab sebagai tempat untuk berbagi, saling mengerti, belajar untuk memahami dan menghargai orang lain, dan pengakuan diri. Persahabatan merupakan bentuk dari sebuah kedekatan hubungan dari para remaja. Dimana remaja cenderung menghabiskan waktu dengan temannya, yang kemudian membawa banyak dampak pada kehidupannya. Salah satu faktor terjalinnya hubungan kedekatan adalah adanya konformitas, dimana konformitas merupakan upaya individu melakukan sesuatu sesuai dengan kebiasaan dan keadaan kelompoknya. Konformitas sangat berpengaruh dengan pelakunya, dimana apabila kelompok merupakan kelompok yang terbiasa melanggar norma dan aturan, maka pelaku pun cenderung meniru dan melakukan hal yang sama, tetapi ketika kelompok tersebut positif maka akan membawa pelaku konformitas menjadi lebih baik seperti contok pada kasus Winda, Lusi dan Indri. Daftar Pustaka http://eprints.undip.ac.id/11099/1/buat_jurnal_sukma.pdf

0 komentar:

Posting Komentar