Senin, 31 Oktober 2011

PSIKOSIS

PSIKOSIS
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan
sebagai berikut.
Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosis), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.
Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya
sebagai berikut:“Psychosis is a loss of contact with reality, usually including
false ideas about what is taking place or who one is (delusions) and seeing
or hearing things that aren't there (hallucinations)”. Psikosis, menurut
Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak
dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang
sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang
sebenarnya tidak ada (halusinasi).
Dari empat pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikosis
yang intinya sebagai berikut.
1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit
jiwa, yang terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,
penderita hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita
tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bias dilakukan sendiri oleh
penderita tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.
B. PERBEDAAN PSIKOSIS DENGAN NEUROSIS
Untuk memperjelas pemahaman mengenai psikosis ada baiknya mem- bandingkan kelainan jiwa ini dengan neurosis sebagaimana telah diidentifikasi oleh J.C. Coleman (W.F. Maramis, 2005 : 251) telah menemukan 6 perbedaan antara psikosis dengan neurosis atas dasar : 1.perilaku umum, 2. gejala-gejala, 3. orientasi, 4. Pemahaman (insight), 5.resiko social, dan 6. Penyembuhan.
Perbedaan psikosis dengan neurosis menurut Coleman adalah
sebagaimana disajikan dalam table berikut
TABEL 5.1
PERBEDAAN ANTARA PSIKOSIS DENGAN NEUROSIS
NO.
FAKTOR
PSIKOSIS
NEUROSIS
1.
2.
3.
4. 5. 6.
perilaku umum
gejala-gejala
orientasi
pemahaman
(insight)
resiko sosial
penyembuhan
Gangguan terjadi
pada seluruh aspek
kepribadian, tidak ada
kontak dengan realitas.
Gejalan bervariasi luas dengan waham, halu- sinasi, kedangkalan
emosi, dst. yang terjadi
secara terus-menerus.
Penderita sering
mengalami disorientasi
(waktu, tempat, dan
orang-orang).
Penderita tidak emaha-
mi bahwa dirinya sakit.
Perilaku penderita dpt.
membahayakan orang
lain dan diri sendiri.
Penderita memerlukan
perawatan di rumah
sakit. Kesembuhan
seperti keadaan semula
dan permanen sulit
dicapai.
Gangguan terjadi pada
sebagian kepribadian, kontak
dengan realitas masih ada.
Gejala psikologis dan somatik bisa bervariasi, tetapi bersifat temporer dan ringan
Penderita tidak atau jarang
mengalami disorientasi .
Penderita memahami bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
Perilaku penderita jarang atau tidak membahayakan orang lain dan diri sendiri
Tidak begitu memerlukan pe-
rawatan di rumah sakit. Ke-
sembuhan seperti semula dan permanen sangat mungkin un- tuk dicapai..
C. JENIS-JENIS PSIKOSIS
Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
faktor penyebabnya, yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor
oganik dan psikosis fungsional, yang terjadi karena faktor kejiwaan. Kedua
jenis psikosis dan yang termasuk di dalamnya diuraikan berikut ini.
1.Psikosis organik
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor- faktor fisik atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap realitas. Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.
a. Alcoholic psychosis,
terjadi karena fungsi jaringan otak
terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
b. Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang
(mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
c. Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau
trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
d. Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi
syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
2.Psikosis fungsional
Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis inidibedakan menjadi beberapa ., yaitu : schizophrenia, psikosis mania- depresif, dan psiukosis paranoid (Kartini Kartono, 1993 : 106).
a.S c hizophre nia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu adanya jiwa
dan penyakit lain yang belum diketahui (W.F. Maramis, 2005 :
216-217).
b.Psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
1) Gejala-gejala psikosis mania-depresif
a) Gejala-gejala mania antara lain:
euphoria (kegembiraan secara berlebihan0;
waham kebesaran;
hiperaktivitas;
pikiran melayang.
b) Gejala-gejala depresif antara lain :
kecemasan;
 p e s imis ;
hipoaktivitas;
insomnia;
anorexia.
2) Faktor penyebab psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.
Psikosis paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W.,F. Maramis, 2005 : 241).
1) Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama
waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun
bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan
paksaan..
Mudah timbul rasa curiga .
2) Faktor penyebab psikosis paranoid
Faktor-faktor yangdapat menyebabkan psikosis paranoid
(Kartini Kartono, 1999 : 176), antara lain :
Kebiasaan berpikir yang salah;
Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;
Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over
confidence);
Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks
inferioritas

0 komentar:

Posting Komentar