Rabu, 02 Juni 2010

Sepanjang tahun ini kita dikejutkan berbagai kenakalan anak dan remaja yang sangat mencengangkan. Dimulai dari geger “Geng Nero” yang mengumbar kekerasan. Kemudian berbagai kekerasan dan pemerasan antar pelajar, penipuan, pencurian, bahkan sampai pembunuhan. Seperti diberitakan akhir-akhir ini, ada anak yang tega membunuh ayah kandungnya hanya gara-gara tidak dibelikan sepeda motor. Belum lagi banyaknya remaja yang sudah memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minuman keras, berjudi, berkelahi, seks bebas dan narkoba. Bahkan disinyalir sudah banyak remaja yang terkena penyakit HIV-AIDS. Na’udzubillahi min dzalik!
Terlepas bahwa tidak semua remaja nakal, namun dengan melihat intensitas dan frekwensinya yang semakin meningkat maka fenomena ini harus benar-benar menjadi perhatian kita. Seringkali kita tidak habis pikir, ada apa dengan anak-anak kita? Bukankah setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yang berarti baik? Tapi mengapa sampai terjadi kenakalan-kenakalan yang tidak hanya kelewat batas tapi juga telah melanggar norma-norma hukum maupun Agama?

Terkait dengan hal tersebut nampaknya patut kita renungkan pesan Ali Bin Abi Tholib yang pernah mengatakan bahwa :”Apabila anak kurang terpenuhi kebutuhan fisiknya maka tanyakan kepada bapaknya. Apabila anak kurang Adabnya maka tanyakan kepada ibunya”.

Memang tidak adil rasanya kalau kita melemparkan masalah ini kepada ibu saja. Namun apabila kita cermati lebih dalam maka sinyalemen yang disampaikan Ali Bin Abi Thalib tersebut cukup masuk akal.

Kenapa demikian?

Karena faktor terbesar yang mempengaruhi kepribadian anak adalah keluarga. Sedangkan di dalam keluarga sudah ada pembagian tugas yang jelas antara bapak dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :”Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya .(HR Bukhari dan Muslim). Hadist ini menegaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin. Sedangkan pemimpin dirumah kita adalah istri, Ibu dari anak-anak kita.

Tugas istri yang merupakan pemimpin di rumah adalah bertanggung jawab menjalankan fungsi-fungsi rumah tangga yang meliputi fungsi reproduksi (pemeliharaan keturunan), edukasi (pendidikan) dan juga pengelolaan rumah, sehingga menjadi tempat nyaman untuk kembali bagi suami dan seluruh anak-anaknya. Karena itulah sosok ibu sering disebut dengan Umm yang berarti tempat kembali atau yang terpenting. Ibu juga disebut dengan Al Umm rabatu al baitAl Umm madrasatul ula yang berarti sekolah yang pertama bagi anak-anaknya. yang berarti manajer atau pengatur rumah dan

Dalam pandangan Islam, tujuan pernikahan tidak hanya sekedar memiliki keturunan, tetapi bagaimana menjadikan keturunannya, kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Disinilah peran sentral seorang ibu. Sehingga kalau Ahli hikmah mengatakan bahwa ditangan pemudalah hari depan bangsa, maka Ibulah sosok The Planner of the Future. Ditangan ibulah baik buruknya pemuda kita. Ini juga berarti ditangan ibulah baik buruknya masa depan bangsa ini.

Karena peran penting inilah maka Islam menempatkan sosok seorang ibu dalam kedudukan yang sangat mulia. Bahkan islam mengajarkan kepada kita bahwa orang yang pertama kali harus kita hormati adalah ibu, bukan bapak atau yang lain-lainnya. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa:

“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah lalu bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku hormati?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa lagi?”. Beliau menjawab, “bapakmu”. Penyebutan ibumu sebanyak tiga kali, kemudian baru disebut bapakmu, ini merupakan penegasan bahwa sosok ibulah yang pertama kali harus kita hormati sebelum yang lain-lainnya. Hal ini karena pentingnya peranan seorang ibu. Bahkan dalam hadist lain disebutkan bahwa : surga itu dibawah telapak kaki Ibu. Surga yang merupakan idaman seluruh makhluk, berada dibawah telapak kaki ibu. Betapa mulia kedudukan seorang ibu.

Mengingat sangat mulianya kedudukan seorang ibu maka sangat ironis apabila sebagian dari kita dengan dalih emansipasi dan kesetaraan gener, kemudian menganggap remeh, bahkan meninggalkan serta mendelegasikan tugas rumah tangga kepada seorang pembantu, baby sitter atau yang lainnya. Kemudian merasa lebih bangga berkarier diluar rumah, berkompetisi dengan para pria. Apabila ini yang terjadi, sosok seorang ibu lebih banyak diluar rumah maka kemana lagi anak-anak dan suami harus kembali? siapakah yang harus menjadi manajer dirumah?. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap perkembangan kepribadian anak-anak?

Namun bagaimanapun juga, sangat tidak adil apabila masalah ini hanya dibebankan kepada seorang ibu, karena hidup berumah tangga ibarat mengayuh bahtera. Maka dibutuhkan keserasian, keselarasan antara suami dan istri, agar biduk rumah tangga tidak salah arah atau bahkan kandas di gugusan karang. Terlebih dalam mendidik anak.

IBU,…KAMI SEMUA MEMBUTUHKANMU !!!

0 komentar:

Posting Komentar