Senin, 31 Oktober 2011

Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk menjelaskannya.
Awal mula munculnya psikologi pendidikan berawal dari tokoh pertama, William James (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah bertajuk “Talks to Teachers”. Dalam kuliah ini ia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
Tokoh kedua, John Dewey (1859-1952) merupakan motor penggerak pengaplikasian psikologi dalam tingkat praktis, sehingga kemudian ia membangun laboratorium psikologi pendidikan pertama di Universitas Columbia Amerika Serikat (1894). Beberapa kajian yang penting darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik.
Kedua, pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus mempelajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.
Tokoh ketiga, E.L Thorndike (1874-1949) berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.
Mengajar : Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan
Seberapa ilmiahkah pendekatan mengajar yang dipakai seorang guru? Baik sains maupun seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang guru. Bidang psikologi pendidikan banyak mengambil sumber teori dan riset psikologi yang lebih luas. Misalnya, teori perkembangan kognitif dan bicara dalam rangka memberikan informasi bagi guru tentang bagaimana mendidik anak.
Psikologi pendidikan juga banyak memanfaatkan teori dan riset yang disusun dan dilakukan langsung oleh para ahli psikologi pendidikan dan dari pengalaman praktis para guru. Misalnya, motivasi, mengajar dan pembelajaran yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan. Ahli psikologi pendidikan juga mengakui bahwa mengajar terkadang harus mengabaikan saran-saran ilmiah, tetapi menggunakan improvisasi dan spontanitas.
Sebagai sebuah ilmu, tujuan psikologi pendidikan adalah memberi kita pengetahuan riset yang dapat secara efektif di aplikasikan untuk situasi mengajar. Tetapi, pengajaran kita tetap merupakan sebuah seni mengajar. Selain hal-hal yang bisa kita pelajari dari riset, kita juga akan terus-menerus membuat penilaian penting di kelas berdasarkan keahlian dan pengalaman pribadi kita, dan juga berdasarkan saran yang bijak dari guru-guru lain yang lebih berpengalaman.
Daftar Pustaka:
santrock, W John. 2004. Educational Psychology: 2nd Edition. McGraw-Hill Company, inc.

makalah motivasi belajar

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam
pasal 3 dinyatakan bahwa fungi s pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran serta dari
semua pihak, antara lain adalah lembaga pendidikan. Berbagai upaya
terlah dilakukan oleh lembaga pendidikan utuk meningkatkan mutu
pendidikan, seperti penyediaan media pembelajaran laboratorium
perpustakaan dan para penyelenggara pendidikan terutama tenaga
pengajarnya. Di sisi lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan
diadakannya tes setiap akhir semester untuk mengetahui prestasi siswa
dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan serta untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dalam
kurung waktu tertentu sesuai dengan kurikulum. Peningkatan kualitas
guru pun dalam proses belajar mengajar termasuk salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan.
Dalam proses pendidikan, peserta didik / siswa merupakan sentral
dalam proses pendidikan. Mereka adalah sumber daya manusia yang
harus dikembangkan potensinya. Dalam hal ini, guru menempati posisi
yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Sebagai pengajar guru seyogyanya membantu perkembangan
siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Pada akhirnya, seorang
guru dapat memainkan perannya sebagai motivator dalam proses belajar
mengajar bila guru itu menguasai dan mampu melakukan keterampilan-keterampilan didaktik dan metodik yang relevan dengan situasi dan
kondisi para siswa. Dengan demikian siswa dapat menyerap apa yang
telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan potensinya.

II. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Makalah ini ditulis sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen. Makalah ini dibuat dengan harapan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai tugas guru menjadi motivator siswa dalam mengembangkan potensinya.














BAB II
ISI
I. Kebahagiaan Menjadi Seorang Guru
Kebahagiaan adalah ide yang sangat abstrak dan bersifat sangat subyektif. Kebahagiaan dapat terkait dengan tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan kita. Tetapi kebahagiaan seorang guru menurut saya sangat terkait dengan tanggung jawabnya mendidik dan mengajarkan nilai-nilai penting dan inspiratif terhadap para siswanya. Ketika seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut ini kemungkinan besar ia dapat memiliki semua sumber kebahagiaan bahkan lebih dari semua yang dipaparkan oleh Storm Jameson tersebut.
Seorang guru bahagia karena ia mencintai profesi sebagai pendidik. Ia mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat mendidik para murid, walaupun mungkin kehidupan pribadi mereka sederhana dan jauh dari kemewahan. Seorang guru akan jauh lebih bahagia, jika apa yang telah mereka lakukan tak hanya membuat para murid pintar melainkan menginspirasi bahkan menggerakkan para murid untuk mengubah diri mereka menjadi lebih baik.
Mencintai proses pembelajaran dengan memperluas wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai macam buku, seminar, kaset, radio dan lain sebagainya adalah sumber kebahagiaan seorang guru. Karena tanggung jawab seorang guru bukanlah sekedar menjelaskan subyek atau materi pelajaran, melainkan memberikan contoh sikap bahwa kemauan untuk terus belajar dapat meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan potensi diri. Seorang guru akan semakin bahagia jika mampu menginspirasi para siswa belajar lebih giat.
Rasa syukur yang besar terhadap Tuhan YME mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia, karena rasa syukur itu membuatnya dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada para muridnya dengan bahasa yang positif pula. Ia akan lebih bahagia jika sikap yang positif serta ilmu pengetahuan yang ia sampaikan menginspirasi para muridnya untuk lebih kreatif dan positif dalam menggunakan ilmu pengetahuan tersebut.
Seorang guru akan bahagia jika tidak membebani hidupnya dengan orientasi mendapatkan imbalan. Ia bahagia karena tidak pernah mengharap balas jasa dari murid atas semua yang diberikannya. Ia sudah cukup senang dapat mengabdikan diri untuk membentuk para tunas bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Guru akan bahagia jika berhasil membangkitkan semangat para murid yang nyaris terpuruk karena kehilangan jati diri. Untuk semua itu ia akan rela melakukan apapun, walaupun harus menghadapi banyak kesulitan. Mendampingi dan membentuk anak-anak didik menjadi tegar dan optimis, baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan apapun juga.
Seorang guru bahagia, jika ia menjadi diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain. Ia bebas berekspresi sebagai diri sendiri dalam menyampaikan ilmu pengetahuan agar terserap dan bermanfaat bagi anak didiknya. Ia akan berbahagia jika etika yang ia tunjukkan itu dapat menumbuhkan keberanian para murid untuk menjalani kehidupan dengan jujur dan menghargai diri sendiri.
Guru bahagia karena ia mencintai murid-muridnya, bagaimanapun keadaan mereka. Ia menikmati saat bersama-sama berjuang melawan keterbatasan diri dengan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Sebagaimana M. Scott Peck mengatakan, “When we love something it is of value to us, and when something is of value to us we spend time with it, time enjoying it and time taking care of it. – Ketika kita mencintai sesuatu maka itu akan berarti bagi kita. Ketika sesuatu berarti bagi kita, maka kita akan senang menghabiskan waktu untuknya, menikmatinya, dan memeliharanya”.
Guru yang bahagia adalah guru yang terus memperkaya ilmu pengetahuannya. Dengan demikian ia dapat mengkreasikan metode mengajar, sehingga para murid dapat dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan yang ia sampaikan. Semakin luas ilmu yang ia miliki, semakin mudah baginya mengubah kesulitan hidup menjadi anugrah yang membahagiakan.
Seorang guru bahagia, karena kehidupannya berjalan seimbang. Keseimbangan tersebut dikarenakan ia mampu memanajemen waktu. Ia dapat menggunakan waktu secara efektif dan proprosional untuk diri sendiri, keluarga, profesi, kegiatan sosial, belajar dan beribadah.
Sumber kebahagiaan seorang guru berasal dari dalam dirinya sendiri. Ia bahagia ketika mampu menginspirasikan harapan, kebahagiaan, kekuatan sekaligus nilai-nilai moralitas kepada generasi masa depan. Ia akan lebih bahagia jika para anak didik itu mampu melakukan hal serupa dengan dirinya.
II. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi
Sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi
merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang yang berperilaku.
Pengertian ini masin bersifat umum, sehingga banyak dihadapkan pada
pembahasan spesifik tentang makna motivasi yang dilandasi oleh berbagai
asumsi dan terminologi. Demikian pula masalah yang paling mendasar dalam
mehami konsep motivasi adalah tidak adanya kemampuan seseorang dalam
mengamati dan menyentuhnya secara langsung. Konsep motivasi yang
dikenal di dalam literatur psikologi merupakan konstruk hipotetik dan
motivasi itu memberikan ketetapan yang menjelaskan tentang kemungkinan
sebab-sebab perilaku siswa. Oleh karena itu motivasi tidak dapat diukur
secara langsung, seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan.
Jadi pengertian motivasi adalah merupakan proses internal yang
mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara terusmenerus.

b. Pentingnya motivasi dalam belajar
Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai
definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki
kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk
mencapai tujuan, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh anak yang
termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi.
Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi
belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut.
Walaupun begitu hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi
bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi anak itu rendah umumnya
diasumsikan bahwa prestasi siswa yang bersangkutan akan rendah.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Ada 6 faktor yang di dukung oleh sejumlah teori psikologi dan
penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar
siswa.
1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang
dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok,
gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh indivisu sebagai suatu
kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.
3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman
dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kesemasan,
kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu
belajar.
5. Kompetensi
Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha
keras untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
6. Penguatan
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.

d. Teori-teori motivasi
Ada 5 teori yang mendukung untuk memotivasi siswa :
1. Teori belajar helavioral
Konsep motivasi erat hubungan dengan suatu prinsip bahwa
perilaku yang diperkuat di masa lalu adalah lebih mungkin diulangi
lagidibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau di hukum.

2. Teori kebutuhan manusia
Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar
merupakan kebutuhan akibatr kekurangan dan meta kebutuhan, kebutuhan
untuk pertumbuhan. Setiap anak termotivasi untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan dan hirarki paling bawah sebelum mencapai hirarki
paling atas. Hirarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow dan
kemudian dimodifikasi oleh Root.

3. Teori disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk
memperhatikan citra diri yang positif merupakan motivasi yang sangat
kuat.

4. Teori kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu
dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Anak akan
termotivasi untuk makan manakala dia tidak makan dalam waktu tertentu;
pergi ke perpustakaan karena ingin mencari buku yang dibutuhkan, atau
ingin memperoleh nilai yang baik pada semua mata pelajaran agar
memperoleh rangking satu dan sebagainya. Itulah sebabnya istilah
motivasi dapat diterapkan pada perilaku di berbagai situasi.

5. Teori atribusi
Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan
perilaku terutama apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan
anak
.
e. Strategi motivasi belajar
Untuk mencapai ke arah itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan
guru dalam meninggalkan motivasi intriksik siswa.
1. Membangkitkan minat belajar
2. Mendorong rasa ingin tahu
3. menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
4. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar.

III. Guru Sebagai Motivator Siswa
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menanamkan motivasi siswa. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Proses pembelajaran lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika peserta didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin dalam aplikasi. Untuk itu, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, gum dituntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut (1) memperjelas tujuan yang ingin dicapai, (2) membangkitkan minat siswa, (3) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (4) memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa, (5) memberikan penilaian yang positif, (6) memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan (7) menciptakan persaingan dan kerja sama.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus terus-menerus belajar. Dengan cara demikian, ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memeragakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya, agar apa yang disampaikanya itu betul-betul dimiliki oleh siswa.
Juga hendaknya seorang guru mampu dan terampil dalam merumuskan dan memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar, ia pun
harus membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Inilah fungsi hakiki guru sebagai sosok motivator.
Guru sebagai motivator juga harus mampu membimbing dan memberi semangat siswa-siswinya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar siswanya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya. Dengan demikian, sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan.

IV. Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan.
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran






BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa:
1. Motivasi belajar siswa menunjukkan pengertian sebagai kekuatan
dalam diri siswa (energy) yang mendorong siswa melakukan usahausaha
mencapai tujuan belajar. Disamping itu menunjukan adanya
orientasi siswa / arah tingkah laku siswa pada pencapaian tujuan
belajar.
2. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, hendaknya guru
memperhatikan hal berkut ini:
a. Memiliki paradigm/pandangan positif terhadap upaya peningkatan motivasi siswa
b. Memiliki keyakinan kuat bahwa pada setiap diri siswa telah tersedia kekuatan besar (berupa motivasi belajar) untuk menunjukkan tingkah laku belajar.
c. Peran guru adalah melakukan upaya yang dapat memicu bergeraknya kekuatan/energy tersebut secara lebih tepat dan cepat
d. Yang terpenting adalah guru harus mengetahui perkembangan yang ada pada peserta didik sehingga guru dapat membantu peserta didik dengan benar dan sesuai dengan apa yang ada pada diri peserta didik.





I. Daftar Pustaka

http://vhariss.wordpress.com/2009/11/06/peran-dan-fungsi-guru/
http://gurupkn.wordpress.com/2008/04/25/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa/
http://www.pembelajar.com/bahagia-menjadi-seorang-guru
McClelland, D.C : Atkinson, J.W ; Clark, R.A & Lowell, E.L. 1975. The
Achievement Motive. New York : Irvington Publishers, Inc.
http://www.anneahira.com/motivasi/index.htm

PSIKOSIS

PSIKOSIS
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan
sebagai berikut.
Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosis), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.
Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya
sebagai berikut:“Psychosis is a loss of contact with reality, usually including
false ideas about what is taking place or who one is (delusions) and seeing
or hearing things that aren't there (hallucinations)”. Psikosis, menurut
Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak
dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang
sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang
sebenarnya tidak ada (halusinasi).
Dari empat pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikosis
yang intinya sebagai berikut.
1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit
jiwa, yang terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,
penderita hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita
tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bias dilakukan sendiri oleh
penderita tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.
B. PERBEDAAN PSIKOSIS DENGAN NEUROSIS
Untuk memperjelas pemahaman mengenai psikosis ada baiknya mem- bandingkan kelainan jiwa ini dengan neurosis sebagaimana telah diidentifikasi oleh J.C. Coleman (W.F. Maramis, 2005 : 251) telah menemukan 6 perbedaan antara psikosis dengan neurosis atas dasar : 1.perilaku umum, 2. gejala-gejala, 3. orientasi, 4. Pemahaman (insight), 5.resiko social, dan 6. Penyembuhan.
Perbedaan psikosis dengan neurosis menurut Coleman adalah
sebagaimana disajikan dalam table berikut
TABEL 5.1
PERBEDAAN ANTARA PSIKOSIS DENGAN NEUROSIS
NO.
FAKTOR
PSIKOSIS
NEUROSIS
1.
2.
3.
4. 5. 6.
perilaku umum
gejala-gejala
orientasi
pemahaman
(insight)
resiko sosial
penyembuhan
Gangguan terjadi
pada seluruh aspek
kepribadian, tidak ada
kontak dengan realitas.
Gejalan bervariasi luas dengan waham, halu- sinasi, kedangkalan
emosi, dst. yang terjadi
secara terus-menerus.
Penderita sering
mengalami disorientasi
(waktu, tempat, dan
orang-orang).
Penderita tidak emaha-
mi bahwa dirinya sakit.
Perilaku penderita dpt.
membahayakan orang
lain dan diri sendiri.
Penderita memerlukan
perawatan di rumah
sakit. Kesembuhan
seperti keadaan semula
dan permanen sulit
dicapai.
Gangguan terjadi pada
sebagian kepribadian, kontak
dengan realitas masih ada.
Gejala psikologis dan somatik bisa bervariasi, tetapi bersifat temporer dan ringan
Penderita tidak atau jarang
mengalami disorientasi .
Penderita memahami bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
Perilaku penderita jarang atau tidak membahayakan orang lain dan diri sendiri
Tidak begitu memerlukan pe-
rawatan di rumah sakit. Ke-
sembuhan seperti semula dan permanen sangat mungkin un- tuk dicapai..
C. JENIS-JENIS PSIKOSIS
Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
faktor penyebabnya, yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor
oganik dan psikosis fungsional, yang terjadi karena faktor kejiwaan. Kedua
jenis psikosis dan yang termasuk di dalamnya diuraikan berikut ini.
1.Psikosis organik
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor- faktor fisik atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap realitas. Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.
a. Alcoholic psychosis,
terjadi karena fungsi jaringan otak
terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
b. Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang
(mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
c. Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau
trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
d. Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi
syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
2.Psikosis fungsional
Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis inidibedakan menjadi beberapa ., yaitu : schizophrenia, psikosis mania- depresif, dan psiukosis paranoid (Kartini Kartono, 1993 : 106).
a.S c hizophre nia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu adanya jiwa
dan penyakit lain yang belum diketahui (W.F. Maramis, 2005 :
216-217).
b.Psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
1) Gejala-gejala psikosis mania-depresif
a) Gejala-gejala mania antara lain:
euphoria (kegembiraan secara berlebihan0;
waham kebesaran;
hiperaktivitas;
pikiran melayang.
b) Gejala-gejala depresif antara lain :
kecemasan;
 p e s imis ;
hipoaktivitas;
insomnia;
anorexia.
2) Faktor penyebab psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.
Psikosis paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W.,F. Maramis, 2005 : 241).
1) Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama
waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun
bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan
paksaan..
Mudah timbul rasa curiga .
2) Faktor penyebab psikosis paranoid
Faktor-faktor yangdapat menyebabkan psikosis paranoid
(Kartini Kartono, 1999 : 176), antara lain :
Kebiasaan berpikir yang salah;
Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;
Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over
confidence);
Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks
inferioritas

neurosis

NEUROSIS
A. Pengertian Neurosis
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:
a. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.
B. Macam-macam neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : 1) psikoterapi individual, 2) psikoterapi kelompok, 3) psikoterapi analitik, 4) sosioterapi, 5) terapi seni kreatif, 6) terapi kerja, 7) terapi perilaku, dan farmakoterapi.
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
1) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
2) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
3) Psikoterapi suportif.
4) Farmakoterapi.
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
1) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
2) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
3) Terapi kelompok.
4) Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b.Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
1) psikoterapi suportif;
2) penjelasan dan pendidikan;
3) terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
1) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
c. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
d. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untukmenyembukan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembang-kan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
1) Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
2) Terhalanginya keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
1) Psikoterapi supportif;
2) Terapi olah raga;
3) Farmakoterapi.
Referensi
Branca, Albert A. (1965) Psychology : The Science of Behavior. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Burns, David D. (1998) Terapi Kognitif : Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi. (Alih Bahasa : Santosa) Jakarta : Erlangga.
Dirgagunarsa, Singgih. (1988) Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Maramis, W.F. (1980) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University.

KUTIPAN

Kutipan tidak langsung
Pemahaman manusia terhadap simbol-simbol yang digunakan membutuhkan manusia untuk berfikir secara jernih dengan merumuskan simbol. Cassirer ( 1979:31-32) membedakan tanda dengan simbol, karena dianggap keduanya berada pada dua bidang pembahasan yang berbeda.

Tanda adalah bagian dari dunia fisik, sedang simbol adalah bagian dari dunia makna manusiawi.Pemahaman baginya adalah sebagai modus eksistensi manusia, bukan suatu proses subjektif manusia yang dihadapkan kepada suatu objek. Gadmer pulalah yang mengupayakan bahwa hermeuneutik perlu ditingkatkan menjadi masalah kebahasaan, selain dikaitkan dengan estetika dan pemahaman yang historikal (Gadamer, 1975 : 429-421).
Sumber di depan
Cassirer (1979: 31-32) membedakan tanda dengan simbol,karena dianggap keduanya berada pada dua bidang pembahasan berbeda. Tanda adalah bagian dari dunia fisik, sedang symbol adalah bagian dari dunia makna manusiawi.
Sumber di belakang
Tanda dengan simbol dianggap berada pada dua bidang pembahasan berbeda. Tanda adalah bagian dari dunia fisik, sedang simbol adalah bagian dari dunia makna manusiawi (Cassirer 1979: 31-32).
B. Dua orang pengarang
Sumber di depan
Boglan & Beklen (1982: 31) mengatakan bahwa bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan reflektif.
Sumber di belakang
Bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan reflektif (Boglan & BIklen, 1982:31).

A. Kutipan Langsung Panjang
Simbol yang tergantung pada tujuan mulia ataupun sakral dari benda itu seperti yang dikemukakan oleh Ricoeur (1988:2),
It is an the work of interpretation that this philosophy discovers the multiple modalities of dependence of the self-its depence on desire glimpsed in an archaelogy of the subject, its dependence on the sacred glimpsed in its eschatology. It is by developing on archaeology, abd eschatology that reflection it self as reflection.
B. Kutipan Langsung Pendek
Dinamakan kutipan langsung pendek jika kutipan tersebut kurang dari 40 kata kurang dari 3 baris. Kutipan ini dapat ditulis integral dalam teks.
Kaidah penulisannya:Penganalisisan data ditujukan untuk mengupayakan pemahaman pembaca terhadap hakikat penelitian yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bodgan & Biklen (1982:145) yang berbunyi, “Analisis data adalah sebuah proses sistematis dalam mencari dan menata transkripsi wawancara, catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang berhasil dikumpulkan demi meningkatkan pemahaman Anda dan memudahkan Anda untuk mengkomunikasikan temuan penelitian Anda kepada pihak lain”.Mengenai pemakaian bahasa logika, senada dengan pernyataan yang berbunyi “pemakaian alat bahasa seperti kata, kalimat secara tepat sehingga setiap kata hanya mempunyai satu fungsi tertentu saja dan setiap kalimat hanya mewakili satu keadaan factual saja” (Wicoyo, 1997:7)…


Contoh kutipan langsung panjang:
Pada awalnya orang mengenal logam sebagai barang perhiasan misalnya: emas, yang konon di da-patkan di alam sebagai emas murni, logam sebagai alat berburu atau sebagai senjata.
Contoh kutipan langsung pendek:
• Mineral gangue adalah bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih di dalam suatu jebakan.
• Park dan Diarmid (1964) berpendapat bahwa cairan hidrotermal tidak harus berasal dari larutan magma, kalau demikian istilah hidrotermal bukan berarti genetik.
Kutipan tidak langsungBukan watak seorang sarjana untuk mengumpulkan data yang semata-mata dapat mendukung kebijaksanaan penguasa.
• di-paraphrased dalam 1 alinea dan sebutkan footnote saja.
Contoh Paraphrase pende
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak kecuali ketidakmutlakan itu sendiri. Emory dan Russel pun berpendapat bahwa bahkan dalam ilmu pengetahuan alam tiada sesuatu yang bersifat mutlak…. 3
3W.C. Emory, History of Mathematics (Atlanta: The Eastern Press, 1946), p.261; dan Thomas Russell, The Phylosophy of Science (London: Evan Roberts ans Sons, 1949), pp.126-129.

kurikulum

KURIKULUM
Pengertian
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).
Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosialemosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.
Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi perkembangan
pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan
usianya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali
melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.
Hasil Belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu
tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam satu
kompetensi dasar. Apabila serangkaian indikator dalam satu kompetensi dasar sudah
tercapai, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.
Fungsi Dan Tujuan
Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak adalah :
a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
e. Mengembangkan keterampilan, kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki anak.
f. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Tujuannya adalah :
Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kurikulum TK meliputi aspek perkembangan :
1. Moral dan Nilai-nilai Agama
2. Sosial, Emosional dan Kemandirian
3. Kemampuan Berbahasa
4. Kognitif
5. Fisik / Motorik
6. Seni
Untuk menyederhanakan lingkup kurikulum dan menghindari tumpang tindih,
serta untuk memudahkan guru menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan
pengalaman, maka aspek-aspek perkembangan tersebut dipadukan dalam bidang
pengembangan yang utuh mencakup :
1. Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku Melalui Pembiasaan
Pembentukan perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi
kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui
pembiasaan meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama serta
pengembangan sosial, emosional dan kemandirian. Ari program pengembangan
moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka
meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Program
pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar
dapat mengenali emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan
sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong
dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
2. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar.
Pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi :
a. Kemampuan Berbahasa
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran
melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara
efektif dan membangkitkan minat anak untuk dapat berbahasa Indonesia.
b. Kognitif
Pengembangan ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak
untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacammacam
alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk
mengembangkan kemampuan logika matematiknya dan pengetahuan akan
ruang & waktu serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah,
mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir
secara teliti.
c. Fisik / Motorik
Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan da melatih gerakan kasar
dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh
dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat
sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan
terampil.
d. Seni
Pengembangan ini bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan
sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan dan dapat
menghargai karya yang kreatif.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi kecakapan untuk hidup dan
belajar sepanjang hayat, serta kecakapan hidup yang diperlukan anak untuk
mencapai seluruh potensi dalam kehidupan. Kompetensi ini merupakan kompetensi
yang dibakukan yang harus dicapai oleh anak melalui pengalaman belajarnya.
Standar kompetensi ini meliputi :
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling
menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang
lain.
3. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tehnik-tehnik, pola,
struktur dan hubungan.
4. Memilih, mencari dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari
berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai dunai fisik, makhluk hidup dan teknologi serta
menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk mengambil
keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi dan berperan aktif dalam masyarakat dan budaya
global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis da historis.
7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual serta menerapkan
nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat yang
beradab.
8. Berpikir logis, kritis dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.
9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan bekerja
sama dengan orang lain.
Standar Kompetensi TK
Standar kompetensi yang diharapkan dari pendidikan TK adalah tercapainya
tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah
dirumuskan. Aspek-aspek perkembangan yang diharapkan dicapai meliputi aspek
moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, berbahasa, kognitif,
fisik / motorik dan seni.
Melalui pemberian rangsangan, stimulasi dan bmbingan diharapkan akan
meningkatkan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik,
sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Pendekatan Pembelajaran dan Penilaian
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran pada tingkat pendidikan TK dilakukan dengan
berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh
perilaku dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan
dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu :
1). Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa
aman dan tentram secara psikologis.
2). Siklus belajar selalu berulang.
3). Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak
lainnya.
4). Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya.
5). Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu.
b. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis ( intelektual, bahasa,
motorik, dan sosial emosional ). Dengan demokian berbagai jenis kegiatan
pembelajaran hendaknya dilakukan melelui analisis kebutuhan yang
disesuaikan dengan aspek perkembangan dan kemempuan pada masingmasing
anak.
c. Bermaian Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada anak usia TK. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik
hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan
menggunakan setrategi, metode, materi dan media menarik serta mudah diikuti
anak. Melelui bermain anak di ajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memenfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran
beguna bagi anak.
d. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan
pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema
sebagai alat atau sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep
pada anak. Tema diberikan dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh dan memperkaya perbendaharaan kata anak.
Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan
tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya di kembangkan dari hal-hal
yang paling dekat denga anak, sederhana serta menarik mnat anak.
Pengguanaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas.
e. Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik
melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingintahu anak,
memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-ha baru. Selain itu
dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis,
artinya anak tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek dalam
proses pembelajaran.
f. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di
dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruangan harus
disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga dalam interaksi
baik dengan pendidik maupun dengan temannya dapat dilakukan secara
demokratis. Selain itu, dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan
lingkungan sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak
untuk mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa
senang walaupun antara mereka berbeda ( perbedaan individual ). Lingkungan
hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya yaitu dengan
tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di
lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masingmasing
anak.
g. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan
hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaanpembiasaan
yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan
menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan
dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
2. Penilaian
Penilaian dapat dilakukan dengan baerbagai cara, anatara lain melalui
pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku
anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus, sedangkan pencatatan
anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam
situasi tertentu.
Pembagian alat penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
perkembangan kemampuan dan perilaku anak, antara lain :
1. Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat
menggambarkan sejauh mana keterampilan anak berkembangan.
2. Unjuk kerja (performance) merupakan penilaian yang menuntut anak untuk
melakukan tugas dala pembuatan yang dapa diamati, misalnya praktek
menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu.
3. Penugasan (project) merupakan tugas yang harus dikerjakan anak yang
memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya, msalnya
melakukan percobaan menanam biji.
4. Hasil Karya (product) merupakan hasil kerja anak setelah melakukan suatu
kegiatan.
Rambu-rambu
1. Kurikulum untuk TK merupakan pedoman bagi para pendidik, orangtua, orang
dewasa lain untuk digunakan dalam rangka menstimulasi perkembangan anak.
2. Kurikulum harus dipahami secara keseluruhan, bukan bagian demi bagian.
3. Pelaksanaan dari kurikulum ini harus diusahakan untuk mencapai kompetensi sesuai
dengan tingkat kemampuan anak.
4. Kompetensi yang disiapkan merupakan kompetensi minimal. Pendidik dapat
memberikan pengayaan sejauh tidak membebani anak dan/atau jika anak telah
menunjukkan keberhasilan.
5. Pendidik menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang sehingga
anak mulai mengembangkan rasa percaya pada dirinya sendiri, teman dan orang
lain serta dapat bersosialisasi baik dalam lingkungan keluarga, kelompok maupun
lingkungannya.
6. Dalam pelaksanaan kurikulum tidak bersifat kaku tetapi perlu disesuaikan dengan
kondisi daerah.
7. Bagi TK yang mempunyai kekhasan, misalnya agama dimungkinkan untuk
menambah materi kegiatan sejauh tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan,
prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan di TK dan tidak menyimpang dari akidah
salah satu agama.
8. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pendekatan pembelajaran dan penilaian.

Kualitas Pribadi yang menyenangkan

Kualitas Pribadi yang menyenangkan
1. Ketulusan
2. Rendah hati
3. Kesetiaan
4. Bersikap positif
5. Keceriaan
6. Bertanggung Jawab
7. Kepercayaan diri
8. Kebesaran jiwa
9. Easy going
10. empaty

Anak Cemas Karena Terpisah dari Orang Tua

Anak Cemas Karena Terpisah dari Orang Tua
seorang ibu yang sedang kebingungan meng-hadapi putri bungsu kami, usia empat tahun, memiliki hambatan CP dan sekarang duduk di bangku TK.
Dalam 6 bulan terakhir, saya sering dipanggil ke sekolah karena perubahan sikap putri kami yang cenderung agresif dan sering kali melukai teman-temannya. Putri kami tersebut memang memiliki temperamen yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga kakak laki-lakinya. Biasanya sikapnya masih cukup terkontrol, tetapi sekarang tampaknya semakin menjadi. Saya menjadi malu dan bingung dengan orang tua anak lain yang sering menjadi Tcorban"anak saya.
Yang ingin saya tanyakan apakah sikap agresif anak saya ada kaitannya dengan seringnya saya pergi dinas ke luar kota? Memang akhir-akhir ini saya sering kali meninggalkan anak saya dalam waktu tiga atau empat hari dalam seminggu. Mengingat saya adalah seorang "single parent". Apa yang seharusnya dapat saya lakukan?
Eni di Bandung
ADA hal yang memang harus orang tua pahami bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa mini. Ketika anak merasakan adanya ketidaknyamanan di dalam diri biasanya akan terlihat pada perubahan perilaku yang nyata. Karena bagi se-orang anak balita, ketika berpisah dari orang tua artinya ia merasa ditinggalkan orang tua, apa pun alasannya. Mengingat cara berpikir mereka masih berada pada taraf konkret.
Memang ada sebuah konsekuensi tersendiri pada ibu-ibu bekerja yang karena tuntutan tugas harus meninggalkan si buah hati untuk sementara waktu. Adapun kondisi yang terjadi pada putri Ibu memang dapat menimbulkan kecemasan atau kondisi stres tersendiri akibat adanya perpisahan, walaupun bagi orang dewasa sifatnya sementara saja.
Perpisahan dengan orang tua merupakan suatu hal yang sangat berat bagi seorang anak. Apalagi jika antara ibu dan anak memiliki kelekatan yang sangat kuat, di mana kondisi ibu sebagai seorang single parent. Oleh karena itu, arti orang tua bagi anak menjadi sangat penting. Anak akan memiliki ikatan psikologis yang tinggi dan menganggap orang tua merupakan tempatnya untuk berlindung, tempat tercurahnya kasih sayang, pengasuhan dan perawatan. Dalam beberapa kondisf, adanya perpisahan dengan orang tua dapat menimbulkan masalah emosional. Hal ini akan berpengaruh terhadap penampilan sikap anak, mungkin menjadi pemurung, mudah tersinggung, cengeng, menarik diri, atau mungkin menjadi agresif.
Cemas berpisah
Separation merupakan suatu keadaan di mana anak terpisah dariorang tua, baik untuk sementara atau untuk seterusnya. Sejak bayi hingga usia enam bulan, anak tidak akan protes atau merasa cemas, selama kebutuhan fisik terpenuhi. Ketergantungan terhadap orang tua, terutama ibu akan muncul secara nyata pada usia tujuh bulan, di mana anak akan mulai merasakan arti keterpisahan. Dengan semakin meningkatnya usia, mereka akan semakin menyadari kehadiran atau ketidakhadiran orang tua di sampingnya. Anak akan merasa resah dan cemas ketika orang tua menjauh darinya. Keterpisahan menimbulkan kecemasan (separation anxiety) ini biasanya berlangsung dari usia tujuh bulan sampai dengan usia tiga tahun.
Adapun perpisahan sementara sering terpaksa dilakukan orang tua dengan alasan tertentu. Misalnya, seperti perjalanan dinas yang Ibu lakukan, sehingga tidak bisa membawa anak atau keluarga. Akan tetapi meskipun sifatnya sementara, anak tidak dapat menerima perpisahan ini. Mereka biasanya akan menolak atau memberontak untuk sementara waktu pada tokoh pengganti orang tua.
Tokoh pengganti
Tokoh pengganti orang tua merupakan cara terbaik yang harus dilakukan, jika kondisi kedekatan ibu dengan anak menjadi berkurang, karena sesuatu hal. Hanya, orang yang bertugas sebagai ibu pengganti (ibu psikologis) bagi anak, haruslah orang yang dapat benar-benar berperan sebagai tokoh pengganti,maka anak lambat laun akan melupakan kesedihannya. Selain itu aturan-aturan atau pola asuh yang diberikan orang tua pengganti tetap sama dengan sebelumnya, sehingga anak menjadi tidak bingung menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang diberikan oleh ibu penggantinya.
Sehubungan dengan kondisi putri Ibu yang mulai memperlihatkan sikap agresifnya, ada baiknya ibu memperhatikan terlebih dahulu kondisi psikologis putri Ibu, setiap ada waktu untuk lebih meningkatkan kualitas hubungan. Hal ini perlu dilakukan untuk membangun kepercayaan anak, bahwa ibu sangat mencintainya. Dengan didukung adanya ibu pengganti yang sesuai dengan harapan Ibu, diharapkan anak akan tetap merasa damai dalam menghadapi keterpisahan yang sifatnya sementara waktu.
Pada dasarnya adalah bahwa seisi rumah haruslah kompak, baik kakak-kakaknya, dan sang pengasuh dapat bahu-membahu memberikan rasa nyaman pada anak, sehingga kebutuhan rasa aman anak terpenuhi meskipun dengan berkurangnya kehadiran ibu. Apalagi hubungan kakak dan adik itu menjadi penting dan merupakan suatu yang istimewa dalam keluarga. Mereka akan memiliki kedekatan emosional yang baik. Hal ini akan menciptakan rasa saling memiliki satu sama lain.
Hubungan yang baik dalam keluarga akan menjadi "terapi" tersendiri pada anak, selain itu akanmembuat kakak-kakaknya merasa berharga. Karena telah dapat membantu saudaranya, apalagi jika saudaranya tersebut mengalami hambatan secara fisik. Ibu dapat menjelaskan pula kalau saudaranya membutuhkan perhatian yang sedikit "berbeda" mengingat keter-batasannya dan lebih banyak membutuhkan bantuan daripada orang yang normal secara fisik.
Sedangkan hubungan dengan pengasuh, sangat penting untuk membangun pengertian akan keterbatasan anak dan dituntut kesabaran yang tinggi mengingat kondisi anak. Peran pengasuh sangat besar untuk mengembalikan anak menjadi lebih damai, terutama untuk orang tua yang bekerja di luar rumah. Selain memberikan perlindungan dan kasih sayang, pengasuh pun harus diberikan pengarahan untuk kemandirian anak dengan cara tidak membantu anak secara berlebihan, sehingga menjadikan mereka manja.
Selain itu, keterpisahan sementara waktu sebetulnya diperlukan oleh seorang anak sebagai bagian proses kemandiran. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang tepat dari orang tua agar anak dapat menghadapi keterpisahan ini tanpa disertai rasa cemas yang berlebihan.
Namun yang perlu diingat, meskipun kita sudah mampu mengalihkan rasa aman anak pada pengasuh dan keluarga yang lain, haruslah disadari bahwa kebutuhan anak tertinggi ada dalam cinta orang tuanya.***

Abraham H. Maslow

Abraham H. Maslow (1908-1970)
Abraham H. Maslow lahir dan besar di Brooklyn, dimana orangtuanya tinggal setelah beremigrasi dari Russia. Pada awalnya keluarga Maslow sangat miskin tetapi secara pesat meningkat pada lingkungan “kelas menengah”, karena ayah Maslow yang seorang pengusaha pada akhirnya dapat menjadi sukses. Maslow tidak terlalu dekat dengan ibunya, sedangkan dia menganggap ayahnya adalah orang baik, tetapi tidak memahami minat intelektualnya. Bertha Goodman (sepupu Maslow) adalah figur yang mempengaruhi masa kecil Maslow.
Pada umur 16 tahun, Maslow sadar bahwa dia mencintai Bertha, dan menikahinya pada tahun 1928. Dia mempunyai anak (Ann dan Ellen), dan Maslow berkata bahwa kelahiran anak pertamanya telah merubah kehidupannya. Ketika pertama kali sampai di Wiconsin dia sangat antusias terhadap Watson dan teorinya tentang “behavior”. Setelah penelitiannya dengan “monyet”, Maslow melakukan studi paralel tentang manusia, dengan menemukan banyak kesamaan (Maslow 1968). Pada suatu saat di tahun 1941, setelah Pearl Harbor diserang oleh Jepang, Maslow mengatakan bahwa ia menyerah telah mengambil jalan yang egois. Dia mempunyai visi yang lain tentang manusia dan sekitarnya.
Maslow sangat tertarik pada teori Freud dan Gestalt dengan konsep organisme dilihat dari pertumbuhannya, tetapi walaupun begitu, studinya tentang filsafat meyakinkannya bahwa kesejahteraan seorang manusia tidak akan ditemukan dalam konsep behaviorisme ataupun psikoanalisis.

Manusia Pada Dasarnya Baik
Pertama, menurut Maslow, manusia mempunyai suatu struktur psikologis yang penting yang ada pada struktur fisik mereka : mereka mempunyai “kebutuhan, kapasitas, dan kecenderungannya berdasarkan genetik.” Sebagian karakteristik ini adalah tipikal pada semua manusia; dan sebagian ada yang "unik pada individual.” Kebutuhan ini, kapasitas, dan kecenderungan yang sangat utama baik atau sedikitnya netral, mereka bukanlah sifat yang jahat. Dugaan ini pada salah satu novel Maslow, para penulis telah mengira bahwa kebutuhan manusia atau kecenderungannya jelek atau antisosial dan harus diatasi melalui latihan dan sosialisasi (ahli agama mengemukakan sebagai dosa; konsep Freud tentang Id).
Kedua, kesehatan dan perkembangan yang diinginkan termasuk aktualisasi karakteristik ini atau potensi-potensi orang yang berfungsi sepenuhnya. Kematangan orang “sepanjang garis bahwa ini tersembunyi, rahasia, secara samar-samar melihat sifat penting, tumbuh dari dalam dibandingkan menjadi pembentukan dari luar” (Maslow, 1954).
Ketiga, menurut Maslow, psikopatologi berasal dari frustrasi, pengingkaran, atau guncangan sifat alami manusia. Hal ini berarti bahwa psikoterapi atau terapi yang dilakukan adalah mengarah pada aktualisasi diri dan pengembangan pribadi individu atau ”inner nature” (Maslow 1954)

Motivasi : Hirarki Kebutuhan
Gambar Hirarki Kebutuhan dari Maslow


Harga Diri

Kebutuhan Psikologis (Dicintai, Diterima, Memiliki)


Rasa Aman


Kebutuhan Fisiologis
Aktualisasi Diri

Maslow memformulasikan sebuah teori dari motivasi manusia dalam berbagai kebutuhan manusia yang dilihat seperti muncul dalam hirarki pertunjukkan. Kebutuhan dasar manusia, berupa makan dan minum harus dipenuhi terlebih dahulu dari kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan harga diri dan lainnya.

Kebutuhan Fisiologis
Sebagian kebutuhan fisiologis adalah homeostatik dalam alami (mencoba untuk memelihara yang seimbang antara elemen yang berbeda). Sebagai contoh, melalui asupan makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagai macam keseimbangan dalam darah dan jaringan tubuh seperti isi dari garam, gula, protein, dan substansi yang lain.



Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan berikut adalah kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan untuk keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, order, hukum, batas-batas, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan seterusnya. Ekspresi manusia pada kebutuhan ini adalah nampak lebih jelas dalam respon-respon : menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang, atau hanya dengan kekurangan yang didukung oleh orangtua. Seperti kelaparan, kesakitan dari penyakit, dari kemarahan orangtua dan perselisihan, atau dari kelalaian atau yang disalahgunakan, mungkin merubah pandangan anak-anak secara keseluruhan pada dunia. Dunia mungkin menjadi tempat teror dan kegelapan.

Kebutuhan Dicintai dan Mencintai
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada manusia cukup baik, mereka akan bekerja keras dengan intensitas yang tinggi untuk meningkatkan hubungan secara afeksi dengan orang lain, yaitu keluarga, teman, pasangan jiwa, kekasih, anak-anak. Maslow mengemukakan bahwa kita mempunyai “kecenderungan seperti binatang untuk berkumpul, bergerombol, bergabung, untuk menjadi anggota” (1970) yang telah frustrasi “oleh kebijakan mobilitas kita, gangguan pada kelompok tradisional, menyebar pada keluarga-keluarga, kelompok generasi, orang urban yang menetap dan penghilangan dari desa yang menghadapi dan kesimpulan yang dangkal dari persahabatan di Amerika”.

Kebutuhan Rasa Harga Diri
Kebutuhan rasa harga diri ada dua set. Set pertama meliputi kebutuhan untuk kuat, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan mandiri. Set yang kedua meliputi kebutuhan untuk gengsi, dalam merasakan hormat dari orang lain; status; ketenaran; dominan; orang penting; bermartabat; dan penghargaan.

Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika keempat kebutuhan dasar, atau kekurangan, kebutuhan kita untuk mendiskusikan yang telah terpenuhi. Konsep aktualisasi diri dari Maslow benar-benar mempunyai relativitas. Diantaranya adalah konsep Jung pada arketipe diri, konsep Adler kekuatan kreatif dari diri, konsep Horney realisasi diri, dugaan Roger pada evolusi dan tumbuhnya diri.
Metaneeds
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah merupakan payung dari segala kebutuhan, ada 17 metaneeds atau nilai-nilai. Metaneeds tersebut sangat fokus terhadap pengetahuan dan pemahaman. Beberapa metaneeds ini sangat penting, yang menjadi kebutuhan dasar; sebagai contoh, kebutuhan akan kebenaran, keadilan dan kebermaknaan atau kebutuhan akan estetika, sebagai contoh; keindahan, kesederhanaan, kesempurnaan.

Bagaimana Kepribadian dapat Teroganisir?
Bagi Maslow, unit kepribadian yang mendasar adalah sindrom kepribadian. Sindrom kepribadian adalah sesuatu yang terorganisir, saling ketergantungan, gejala-gejala struktur kelompok. Dalam studinya pada dua sindrom, yaitu; harga diri dan rasa aman, Maslow menyebutnya ”holistic-analytic methodology”.
Analisis Maslow tentang rasa aman dan sindrom kepribadian, dia membuat menjadi beberapa level dan level 1 adalah sindrom kepribadian itu sendiri dan level selanjutnya sampai pada level ke-5.

Sindrom Kepribadian
Level 1
Security - Insecurity
Sub Sindrom
Level 2
Kekuatan – Ketundukkan
Sub-Subsindrom
Level 3
Prasangka - Egalitarianism
Sub-Sub-Subsindrom
Level 4
Warna Kulit – Karakteristik Manusia lebih dalam
Sub-Sub-Sub-Subsindrom
Level 5
Perbedaan Individu – Persamaan Individu

Aktualisasi Diri : Puncak Pengalaman dan B & D Realms
Maslow melakukan studi tentang penyimpangan atau neurotik, dia mengemukakan bahwa individu hanya akan menghasilkan penyimpangan psikologi. Studi ini dilakukan terhadap seseorang yang menyadari sepenuhnya akan potensi-potensi dirinya. Menggunakan metode penelitian klinis. Maslow menemukan bahwa setiap subjek penelitian itu mengalami neurosis, kepribadian psikopat, psikosis dan kecenderungan penyimpangan-penyimpangan yang lain.

Puncak Pengalaman
Maslow memulai studi tentang puncak pengalaman ini, dengan bertanya kepada subjek tentang pengalaman yang paling indah dalam hidup mereka. Saat yang sangat membahagiakan, ketika merasa sangat dicintai atau ketika sedang mendengarkan musik atau saat kita melakukan hal yang kreatif. Orang yang mengalami puncak dari pengalamannya ini akan merasa mempunyai integritas diri. Ada 7 pengaruh dari puncak pengalaman ini, yaitu:
1. Menyembuhkan gejala-gejala neurotik
2. Kecenderungan untuk memandang diri dengan lebih baik
3. Perubahan dalam memandang orang lain, sehingga memperbaiki hubungan dengan mereka
4. Perubahan dalam memandang dunia
5. Melahirkan kreativitas, spontanitas dan ekspresif
6. Berusaha untuk mengulangi pengalaman yang membahagiakan
7. Memandang hidup lebih bermanfaat

B & D Realms
Menurut Maslow seorang individu berhubungan dengan dunia melalui 2 metode yaitu D dan B realms. D adalah defisiensi, individu yang hanya puas dengan memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dan B adalah being, ketika kebutuhan dasar dan motif-motifnya sudah terpenuhi, individu akan mulai fokus pada motivasi, aktualisasi diri dan memperkuat eksistensi dirinya.

Hal-hal yang Mendorong Aktualisasi Diri
Maslow tidak mengemukakan teori yang formal tentang perkembangan kepribadian. Dia lebih fokus pada perkembangan aktualisasi diri, ide-idenya tentang bagaimana individu dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimana pendidikan dan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dimunculkan di sekolah (Maslow 1971).
Seorang individu akan merasa menderita atau gagal mengaktualisasikan diri karena, terabaikan dan patologi sosial, lingkungannya menghalangi dirinya untuk dapat tumbuh normal. Hanya masyarakatlah yang dapat memunculkan aktualisasi diri.

Komunikasi Antar Pribadi

Definisi KAP
KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
Pendekatan KAP
Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:
1. Komponen-komponen utama.
2. Hubungan diadik.
3. Pengembangan
Komponen-Komponen Utama
Bittner (1985:10) menerangkan KAP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut:
1. Bersifat spontan.
2. Tidak berstruktur.
3. Kebetulan.
4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
5. Identitas keanggotaan tidak jelas.
6. Terjadi sambil lalu.
Hubungan Diadik
Hubungan diadik mengartikan KAP sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.
Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:
1. Spontan dan informal.
2. Saling menerima feedback secara maksimal.
3. Partisipan berperan fleksibel.
Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi.
Pengembangan
KAP dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap.
Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antar pribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.
Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses KAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi.
Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah:
1. Arus pesan dua arah.
2. Konteks komunikasi dua arah.
3. Tingkat umpan balik tinggi.
4. Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
6. Efek yang terjadi perubahan sikap.
Efektifitas KAP
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openess).
2. Empati (empathy).
3. Dukungan (supportiveness).
4. Rasa positif (positiveness).
5. Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
1. Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
2. Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
3. Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
4. Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
Berlo membagi teori empati menjadi dua:
1. Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri.
2. Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.
Tahapan proses empati :
1. Kelayakan (decentering).
2. Pengambilan peran (role taking).
3. Empati komuniksi (empathic communication).
Kelayakan (decentering)
Bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut.
Pengambilan peran (role taking)
Mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran:
1. Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
2. Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.
3. Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.
Empati komunikasi (empathic communication)
Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.
Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya.
Kesimpulan
Komunikasi memberikan bimbingan kepada peserta komunikasi untuk saling berbagi asumsi, perspektif dan pengertian mengenai informasi yang dibicarakan untuk memudahkan proses empati. Apa itu Komunikasi Interpersonal :
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159).
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding yang dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
d) Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.

Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :

a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.

c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).

1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kssita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

masa anak meninggalkan rumah

tugas psikologi keluarga

Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

http://pikremaja-yasema.blogspot.com/2011/01/keluarga.html

Makalah Gaya Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam beberapa komponen saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau beberapa komponen itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar.
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara individual dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami aspek psikologis kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu memahami bagaimana cara murid belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik yang dapat meningkatkan semangat dan keaktifan anak didiknya dalam belajar, maka dunia pendidikan akan semakin dewasa dan profesional.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian Gaya Belajar ?
2 Apa saja Jenis-jenis Gaya Belajar ?
3 Bagaimana cara mengetahui Gaya Belajar Siswa ?
4 Apa Manfaat Mengetahui Gaya Belajar ?
5 Bagaimana Teknik Cara Mengajar Siswa dengan tipe-tipe Gaya Belajarnya ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan tentang Gaya Belajar dan Cara Mengajar adalah :
1. Dapat Memahami Pengertian Gaya Belajar dan Cara Mengajarnya.
2. Dapat Membedakan Jenis-jenis Belajar pada siswa, dan terutamanya bagi guru menjadi pedoman bahwa setiap siswa itu berbeda jadi diharapkan dapat mengajar sesuai jenis belajar siswa tersebut.
3. Untuk menambah wawasan kita mengenai Gaya Belajar dan Cara Mengajar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAYA BELAJAR
Ketika kita bertanggung jawab atas hidup kita, maka kita akan mulai mengupayakan agar segalanya terlaksanakan. Dari sekian banyak upaya yang dilakukan, satu diantaranya adalah dengan belajar. Namun, terkadang kita salah mengartikan belajar. Belajar bukan berarti datang ke sekolah, duduk yang manis sambil mendengarkan penjelasan dari guru tetapi belajar memiliki arti yang luas. Untuk memahami makna belajar yang sebenarnya, maka kita harus mengetahui bahwa belajar dibedakan menjadi dua hal, yaitu belajar aktif dan belajar pasif.

Berikut ini adalah kolom tentang belajar aktif dan belajar pasif.
BELAJAR AKTIF BELAJAR PASIF
• Belajar apa saja dari setiap situasi.
• Menggunakan apa yang telah dipelajari agar memiliki keuntungan di masa mendatang.
• Mengupayakan agar segalanya dapat terlaksana.
• Bersabar pada kehidupan
• Tidak melihat adanya potensi belajar.
• Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dan suatu pengalaman belajar.
• Membiarkan segalanya terjadi dengan apa adanya.
• Menarik diri dari kehidupan.


2.2 PENGERTIAN GAYA BELAJAR
Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Kebanyakan ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu:
1. Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah
2. Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
2.3 JENIS-JENIS GAYA BELAJAR
Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan cara individu menyerap data secara lebih efisien. Pengelompokan berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.
DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif.
Berikut jenis-jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Hernacki (1999) :
A. Gaya Belajar Visual
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3 Tidak mudah terganggu oleh keributan
4 Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5 Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6 Pembaca cepat dan tekun
7 Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8 Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9 Lebih suka musik dari pada seni
10 Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

B. Gaya Belajar Auditorial
Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11. Berbicara dalam irama yang terpola
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

C. Gaya Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam poembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1. Berbicara perlahan
2. Penampilan rapi
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9. Menyukai permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

2.4 CARA UNTUK MENGETAHUI GAYA BELAJAR SISWA
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar ini.
1. Cara Pertama:
Dengan menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
Metode lain bisa digunakan, misalnya dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.
Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka.
2. Cara Kedua:
Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir.
Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.

3. Cara Ketiga:
Cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa.
Nah, dari ketiga cara mengetahui gaya belajar siswa di atas tergantung kita untuk menggunakan cara yang mana. Cara pertama dan kedua membutuhkan usaha yang keras dari kita dalam memetakan dan mengklasifikasikan gaya mengajar siswa yang terdapat dalam satu kelas. Namun demikian, kedua cara ini tidak membutuhkan biaya yang mahal. Untuk lebih akurat, memang cara ketiga bisa diambil, namun konsekuensinya tentu saja perlu mengeluarkan biaya untuk survey ataupun tes gaya belajar.

2.5 MANFAAT MEMAHAMI GAYA BELAJAR
Manfaat Memahami Gaya Belajar Anda Penting untuk diingat bahwa Anda sebagai seorang individu adalah pembelajar yang unik. Tidak ada dua orang yang persis sama dan tidak ada dua orang yang bisa belajar dengan cara yang persis sama. Ada banyak keuntungan untuk memahami gaya belajar yang Anda miliki agar dalam belajar, kita bisa memproses informasi dengan lebih efisien. Beberapa manfaat tersebut meliputi:
a. Keuntungan Akademik
1. Memaksimalkan potensi belajar Anda
2. Sukses pada semua tingkat pendidikan
3. Memahami cara belajar terbaik dan bisa mendapatkan nilai lebih baik pada ujian dan tes
4. Mengatasi keterbatasan di dalam kelas
5. Mengurangi frustrasi dan tingkat stres
b. Keuntungan Pribadi
1. Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri
2. Mempelajari cara terbaik menggunakan otak Anda
3 Mendapatkan wawasan kekuatan serta kelemahan diri Anda
4 Mempelajari bagaimana menikmati belajar dengan lebih dalam
5 Mengembangkan motivasi untuk belajar
6 Mempelajari Bagaimana memaksimalkan kemampuan serta keterampilan alami Anda Keuntungan Profesional
7 Unggul dalam kompetisi/persaingan
8 Mengelola tim dengan cara yang lebih efektif
9 Mempelajari bagaimana cara memberikan presentasi dengan lebih efektif
10 Meningkatkan keterampilan dalam menjual
11 Meningkatkan produktivitas Anda
Perlu diingat bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam belajar.Setiap orang adalah unik dan setiap gaya belajar memberikan keuntungan sertakekurangan masing-masing. Memahami gaya belajar Anda sendiri dapat membantu Anda untuk belajar serta bekerja secara lebih efisien dan efektif. Sekarang , Agar Anda bisa memahami gaya belajar sendiri yang unik, kita akan membahas setiap gaya belajar lebih detail dan mempelajari langkah-langkah apa yang dapat Anda ambil untuk memilih strategi belajar Anda sesuai dengan gaya belajar yang Anda miliki.



2.6 CARA ATAU TEKNIK MENGAJAR
1. Pengertian Cara Atau Teknik Mengajar
Yang dimaksud dengan teknik atau cara mengajar adalah cara-cara yang dipilih guru/instruktur/dosen untuk menyampaikan materi.
2. Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda
Setelah mengetahui gaya belajar sisiwa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya melalui artikel mengetahui gaya belajar siswa, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
1. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.
2. Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu.
3. Putarkan film. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
4. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar.
5. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
6. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
Untuk pembelajar auditory, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
1. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll)
2. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
3. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
4. Membuat diskusi kelas.
5. Menggunakan rekaman.
6. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
7. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
8. Belajar berkelompok.
Sedangkan untuk pembelajar kinestetic, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
1. Perbanyak praktek lapangan (field trip).
2. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
3. Membuat model atau contoh-contoh.
4. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.
5. Perbanyak praktek di laboratorium.
6. Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya.
7. Perbanyak simulasi dan role playing.
8. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.
Dalam prakteknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan.
Orang-orang visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan dengan apa yang diomongkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas.
Nah, dalam situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan.
Namun demikian, yang masih sering terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka mereka akan mendapatkan hukuman.
Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan.
Situasi semacam ini melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar.
Karena itulah, kreativitas dan kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
2. Cara Mengajar Atau Teknik Mengajar Yang Baik Dan Efektif
Seorang guru/instruktur/dosen harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi yang diajarkannya, bila tidak maka yang terjadi adalah siswa/mahasiswa akan kurang faham, tidak menyukai mata pelajaran tersebut atau bahkan anda sendiri sebagai pengajar tidak disukai. Tidak pelit nilai mungkin hal yang bijak sebagai seorang pengajar dan tentunya anda akan menjadi pengajar favorit dikelas, tetapi hal ini tidak mendidik dan merugikan siswa yang anda didik. Berikut ini ada beberapa tips yang biasa saya lakukan bila menyampaikan materi dikelas :
Sebelum Menyampaikan Materi :
1. Pelajarilah kembali materi yang akan disampaikan dan buatlah rangkuman atau point-point penting pada materi tersebut, karena mungkin anda banyak mengajar mata pelajaran lainnya maka terkadang sudah agak lupa dengan materi ini sehingga perlu dipelajari lagi agar lebih siap.
2. Buatlah diktat atau rangkuman yang dapat di fotocopy atau disalin oleh siswa, sehingga kita tidak perlu merujuk banyak buku kepada siswa. Hal ini juga memudahkan siswa sehingga ia tidak perlu banyak membeli buku. Apabila mata pelajarannya eksak/hitungan, buatlah rangkuman rumus kepada siswa.
3. Siapkan soal-soal latihan sebanyak-banyaknya dan dibagi menjadi kategori ringan, sedang, dan susah. Rangkum semua soal tersebut dalam satu buku atau file dan buat memo disetiap soal tersebut… memo ini dibuat agar anda tahu kapan anda pernah memberikannya kepada siswa dan pada kelas berapa, sehingga soal yang sudah diberikan tidak disampaikan lagi pada pertemuan berikutnya.
4. Milikilah absen siswa anda, dan buatlah tabel nilai dan presentase kemajuan siswa. Hal ini berguna agar anda dapat mengetahui apakah materi anda telah diserap dengan baik oleh siswa dan siswa mana yang perlu anda bimbing lebih ekstra agar nilainya tidak jatuh.
Saat di Kelas :
1. Buatlah suasana yang menarik dan tidak membosankan, untuk itu anda harus banyak latihan agar cara berbicara, sikap, dan metode ajar anda dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menjadi guru yang garang dan terlalu disiplin terkadang akan membentuk siswa yang keras juga, untuk itu buatlah siswa takut karena hormat kepada anda dan bukan takut karena hukuman anda. Pernah ada siswa yang sangat nakal, namun ia justru malu dan takut dengan salah satu guru yang sangat dihormatinya. Berikan perhatian anda dengan penuh kasih sayang, bukan mencari kesalahan mereka..
2. Buatlah quiz di awal dan akhir penyampaian materi, bila waktu tidak memungkinkan lakukan hanya di akhir materi bukan diawalnya. hal ini dapat menjadi indikator apakah materi yang telah disampaikan sudah diterima dengan baik oleh siswa. Saya banyak mengalami quiz dilakukan hanya di awal materi, hal ini hanya membuang waktu dan tidak efisien karena secara logika tentunya siswa belum mengetahui materi yang akan disampaikan. Kalo soal quiznya materi hari kemaren itu namanya ulangan… jadi perlu bedakan antara quiz dengan ulangan.
3. Sampaikan materi dengan menyampaikan point-point pentingnya saja, jangan terlalu banyak bertele-tele atau terlalu banyak bercerita yang bukan dalam ruang lingkup materi anda. Untuk materi eksak, perbanyaklah contoh soal. sampaikan perlahan dan buat agar siswa juga sama-sama ikut berfikir.
4. Lakukan sistem ajar yang lebih interaktif berupa tanya jawab, pancinglah siswa agar banyak bertanya. Selain itu ada juga perlunya anda bersenda gurau disela-sela penyampaian materi agar tidak terlalu tegang.
5. Pekerjaan Rumah (PR) dapat anda berikan setiap akhir penyampaian materi, namun bila ternyata itu tidak efektif misalnya banyak yang tidak mengerjakan atau ternyata banyak yang saling mencontek pekerjaan teman-temannya sebaiknya metode PR nya anda ubah misal dengan beda soal tiap siswa atau cara lainnya.
6. Anda perlu melakukan evaluasi terhadap cara anda mengajar, ini bisa dilakukan dengan memberikan questioner pada siswa terhadap cara mengajar anda.
7. Anda juga dapat melakukan quiz interaktif, yaitu dengan membaca soal satu persatu dan mahasiswa langsung menjawab.. anda berikan waktu yang terbatas untuk menjawab soal tersebut. Misal bacakan soal no. 1 kemudian langsung dijawab oleh siswa, setelah itu bacakan soal no.2 kemudian siswa menjawab, demikian seterusnya… metode ini membuat siswa berfikir cepat dan tidak dapat mencontek.

2.7 TUJUAN MEMAHAMI GAYA BELAJAR DAN TEKNIK MENGAJAR
Pentingnya memahami gaya belajar tidak lain bertujuan untuk menemukan kecocokan antara cara penyampaian informasi dan jenis gaya belajar yang melekat pada diri peserta didik. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda dan bisa belajar dengan lebih baik melalui cara-cara yang berbeda.
Dengan kata lain,memahami gaya belajar yang Anda miliki adalah cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar di kelas. Setelah Anda menemukan gaya belajar Anda dan mengetahui metode terbaik untuk membantu Anda dalam belajar melalui gaya itu, Anda akan terkejut bila mengetahui betapa Anda dapat berkembang dengan pesat di dalam kelas, bahkan di mata pelajaran yang sebelumnya Anda anggap susah dan rumit.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar. Gaya Belajar Siswa ada 3 Jenis, Yaitu : gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara individual dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami aspek psikologis kemanusiaan.




DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi. 2004. Quantum Learning – Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Alih Bahasa: Abdurrahman, A. Bandung: Kaifa.
DePorter, Bobbi. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Nurani, Yuliani, dkk. 2004. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta: UNJ.
Rasyad, Aminuddin. 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA PRESS.
Samir, Mahmud. 2004. Guru Teladan di Bawah Bimbingan Allah. Jakarta: Gema Insani.
Taufik, Ridwan. 2006. Profesi Kependidikan. Bekasi: STAI Bani Saleh.
Tengku, Amir. 2003. Rahasia Sukses Menjadi Guru Kaya – PUMPING TEACHER – Berdasarkan Konsep Pendidikan Long Life Education. Jakarta: Grhadhika Binangkit.